• Nashira
  • Inti dari Kebahagiaan adalah Kumpulan Kebahagiaan dari Hal Hal Kecil.
  • Kebijaksanaan adalah Pemahaman Nilai Nilai Abadi dan Nilai nilai Hidup
  • Mengucapkan Maaf Hanya Mampu Dilakukan Oleh Orang Pemberani
  • Pemenang Bukannya Tak Pernah Gagal, Tetapi Tidak Pernah Menyerah
  • Kekuatan Bukanlah Tentang Memikul Sekuat Tenaga, Tetapi Tentang Ketepatan Sasaran

Surat Terakhir Dari Ibu

Kepada yang Ibu cintai sepenuh hati
Buah hatiku

Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh
Bagaimana kabarmu sayang… ibu harap ananda selalu dalam lindungan Allah. Ibu
terpaksa menulis surat ini…rasa kangen di dada ibu ini rasanya sudah tak tertahankan lagi sayang. Ibu minta maaf… kalau kedatangan surat ini menganggu belajar ananda.
Maafkan ibu kalau surat ini membuat ananda malu dengan teman-teman. Sungguh …tidak ada niat ibu seperti itu. Hanya didasari rasa kangen sama ananda.
Sayang ingin rasanya ibu menjengukmu kesana. Wajah ananda selalu muncul di mimpi ibu. Tapi niat ibu itu selalu ibu kubur dalam-dalam. Hanya satu alasan ibu sayang… ibu ingin anak ibu mandiri… ibu ingin anak ibu bisa merenungi kesendirian tanpa kehadiran ibu di sampingmu.
Anakku yang ibu sayangi… ibu bangga dengan ananda. Ananda mampu berjuang untuk ibu dan ayah…..sampai didetik ini.
Sebentar lagi ananda akan menempuh ujian nasional.
Tentunya ananda akan memberikan yang terbaik buat ibu dan ayah….
Tapi disurat ini, ayah dan ibu ingin menegaskan…..
Sekali lagi kami ingin menegaskan kepada ananda….
Jangan takut untuk mendaki puncak suksesmu….
Dan jaaaangannn pernah takut untuk mengalami kegagalan…
Demi Allah …. bukan nilai-nilai dan angka-angka yang ayah dan ibu harapakan
Bukan selembar surat tanda kelulusan yang ibu harapkan…
Tapi….meskipun engkau bukan yang terbaik di sekolahmu…..
Ananda adalah yang terbaik di hati ibu…..
Ibu tidak akan kecewa jika akhirnya langkah kecilmu sedikit terhenti di ujian ini…
Tapi ibu akan kecewa jika engkau gagal meneruskan langkahmu untuk
Menjaga senyum ayah dan ibu….
Menjadi anak yang sholeh dan sholihah……itulah yang hanya akan menjamin ibu tenang di dunia maupun ketika Allah nantinya menjemput ibu.
Ibu berharap kesempatan yang diberikan Allah digunakan oleh ananda untuk berbenah.
Masih banyak waktu untuk memberikan yang terbaik yang ananda punya.
Sekali lagi jadilah yang terbaik untuk Ibu dan dzat yang selalu menjaga ibu yaitu Allah.
Ketahuilah ananda, Apa yang ibu harapkan ketika berjuang dengan susah payah melahirkan ananda. Ketika wajah lucu ananda muncul di dunia ini, hanya satu doa ibu saat itu… ”Duhai Allah… Engkaulah yang menggenggam takdir anakku ini. Aku mohon jadikanlah anakku sebagai anak yang sholeh dan sholihah. Jadikanlah anakku ini bisa membahagiakanku kelak di tidur panjangku ya Allah. Jadikanlah ia anak yang dapat membuatku bangga kelak dihadapanMu ya Allah. Jangan Engkau pisahkan kami ya Allah. kumpulkan kami untuk memasuki surgaMu bersama-sama ya Allah, jangan engkau pisahkan kami ya Allah”.
Sampai sekarang Ibu selalu mengulang-ulang doa itu. Ibu sangat mengharap agar doa itu menjadi kenyataan.
Ananda… Ibu tidak tahu lagi berapa lama lagi Allah memberi perpanjangan umur ini. Ibu merasa sudah letih dan tua. Ibu mempunyai firasat malaikat maut tidak lama lagi akan datang menjemput ibu.
Jika ternyata surat ini adalah pertemuan kita yang terakhir. Dan akhirnya kita tidak bertemu kembali didunia ini……
Dan akhirnya nanti ananda pulang dan tidak mendapati ibu lagi di rumah.
Maafkan ibu ya sayang… kalau selama ini banyak salah terhadap nanda. Menyuruh nanda balajar, sholat, istirahat dan sepertinya nanda tidak suka jika ibu menyuruh ananda. Jangan pernah dendam sama ibu ya. Bantu ibu dengan doa-doa nanda, hanya doa nanda harapan ibu satu-satunya yang dapat meringankan beban ibu dihadapan Allah.
Ananda tersayang … ibu titip… rawat bapak dan adik-adikmu dengan baik. Sayangi beliau yang sudah memeras keringatnya demi kebahagiaan ananda selama ini. Bapak sudah merelakan waktu dan tenaganya setiap hari hanya untuk sekolah nanda, buku ananda, atau bahkan pulsa ananda. Jangan engkau khianati jerih payahnya selama ini ya sayang. Ibu yakin seluruh jerih payah bapak yang di berikan kepada ananda semuanya untuk kebaiakan dan tidak ada yang nanda hambur-hamburkan.
Sekali lagi pesan ibu jangan sakiti hatinya sedikitpun ya sayang.

Wassalamualaikum wr wb
Dari Ibumu yang mencintaimu …


lihat di facebook
Read More

Sesal Kemudian Tiada Berguna

Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat.
Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku.

Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku.

Peringatan dari imam mesjid yang mengatur proses pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.

Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah.Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya agar kami pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.

Saat pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia, karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.

Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang ngambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.

Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering bikin berantakan kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.

Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna.

Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.

Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa.

Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga.

Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu, sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.

Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh hasil jerih payahnya selama ini padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.

Istriku tersayang,
Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.

Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak.

Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.

Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.

Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu, dan untuk Farhan ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi, dan ingat, dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!

Terakhir kukatakan melalui surat ini ,aku tahu dan teramat tahu bahwa kamu tak pernah begitu mencintaiku, namun 1 hal yang kuingin kamu tahu bahwa cintaku padamu teramat besar melebihi kebencian mu padaku duhai istriku yang cantik.

Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.

Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku.
Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.

Sekarang
Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk menghindar, tetapi sekarang menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.


budayakan like setelah membaca gan

Temukan kami di Facebook
Read More

Semua Sudah Terlambat Saat Aku Tahu Kau Mencintaiku

Jadi ingat saat2 sekolah dulu

Tidak ada yang lebih menyakitkan dibanding menyimpan perasaan mendalam pada seseorang. Pengakuan itu belum sempat terucap, tetapi dia yang aku cintai sudah pergi selamanya. Dia pergi tanpa tahu bahwa aku mencintainya.

Sebut saja namaku Putri, aku berusia 25 tahun saat kisah ini terjadi. Kisahku mungkin klise, aku jatuh cinta pada seorang pemuda bernama Panji. Dia adalah kakak kelasku saat kami masih sekolah di SMA yang sama. Saat kelas tiga, dia pindah ke kota lain. Tetapi takdir mempertemukan kami kembali di kampus yang sama, saat kami menempuh kuliah S2.

Ada satu hal yang selalu aku simpan dalam hatiku, aku jatuh cinta padanya. Sejak masih duduk di bangku SMA, aku selalu curi-curi pandang ketika jam istirahat. Kadang aku sengaja pamit ke toilet hanya untuk melihatnya bermain basket saat kelasnya ada pelajaran olahraga. Walaupun hanya menatapnya selama 5 menit, rasanya kebahagiaanku penuh sepanjang hari.

Remaja selalu malu-malu mengungkapkan isi hatinya, apalagi aku yang memang punya sifat pemalu. Hampir tidak ada sinyal cinta yang aku kirim padanya. Aku tidak seberani teman-temanku yang bisa titip salam atau terang-terangan mengatakan suka pada cowok yang mereka suka. Jadilah aku memendam perasaanku. Mungkin ini masih cinta monyet, yang akan memudar seiring berjalannya waktu. Dan suatu saat kelak, aku akan benar-benar jatuh cinta di tingkat yang lebih serius dengan pria lain.

Nyatanya perkiraanku salah. Walaupun saat kuliah S1 aku sempat berpacaran dengan pria lain (namanya Yanuar), aku tetap meletakkan kenangan akan Panji dalam hatiku. Singkat cerita, saat aku mengambil S2, aku bertemu lagi dengan Panji. Takdir tersebut membawaku pada rahasia yang terpendam. Hatiku kembali berdetak, kembali merasakan indahnya jatuh cinta hanya dengan menatap kedua matanya. Perasaan yang tidak pernah aku rasakan dengan Yanuar.

Beberapa kali kami berada di kelas yang sama. Dia masih Panji yang ramah dan suka bercanda. Hubungan kami tetap dekat, tapi tetap saja, tidak ada keberanian untuk mengungkapkan rasa cintaku padanya. Bagaimana aku bisa menyatakan perasaanku, ada Yanuar yang masih menjadi pacarku. Egois memang, aku bahkan sering merasa bersalah pada Yanuar, tapi aku tidak bisa membohongi hatiku. Jika saja Panji mengajakku untuk jadi kekasihnya, atau bahkan istrinya, aku tidak akan menolak.

Sayangnya, takdir yang mempertemukan kami harus berakhir. Suatu hari, di sebuah musim penghujan di akhir bulan Desember, Panji mengalami kecelakaan. Dua hari dia dirawat di UGD, tetapi nyawanya tidak tertolong. Dia pergi selama-lamanya.

Duniaku hancur, setiap inci tubuhku menjerit akan kepergiannya,
aku bahkan tidak bisa lagi merasakan sakitnya hatiku, seolah ada bagian tubuhku yang hilang, jika diibaratkan, aku bagai guci yang pecah berkeping-keping.

Aku hadir dalam pemakamannya. Aku hadir dalam setiap acara doa yang dilakukan keluarganya setiap malam. Di duka yang teramat sangat, ibu Panji memintaku untuk menemaninya, setelah para tamu pulang.

"Mbak, mbak ini temannya Panji yang namanya Putri kan?" ujar wanita tua itu. Aku bisa melihat ada duka mendalam di balik senyumnya.

Aku mengangguk, lalu wanita itu mengajakku ke sebuah ruangan, yang menurutnya adalah kamar Panji.

Wanita itu menceritakan sebuah rahasia yang tidak aku ketahui. "Anak ibu.. Panji, dia pernah bilang bahwa dia suka dengan Putri, cinta," lanjutnya.

Detik demi detik berlalu, aku mendengarkan pengakuan ibu Panji bahwa putranya ternyata memendam rahasia. Ternyata selama ini Panji melakukan hal yang sama denganku, diam-diam merahasiakan perasaannya. Bahkan sejak masih di bangku SMA.

"Waktu itu Panji pernah bilang, sekarang Putri sudah punya pacar, mungkin harus menunggu nak Putri putus dulu, baru dia berani jujur," lanjut ibu Panji dengan air mata yang jatuh dari pelupuk matanya.

Aku tidak bisa menahan air mataku, aku menangis di dalam pelukan ibu Panji. Aku menangis hingga dadaku terasa ingin meledak. Aku menyesal, sangat menyesal.

Aku tidak sempat mengatakan bagaimana perasaanku padanya.
Hingga detik ini, penyesalan itu masih ada. Masih mengganjal di dalam lubuk hatiku yang terdalam. Rasanya bahkan jauh lebih berat dibandingkan saat Panji masih hidup.
Apa kamu bisa mendengar doa-doaku tiap malam, Panji?

Aku merindukanmu.

sumber: Vemale
 
Temukan Kami di Facebook

Read More

Penyesalan Seorang Suami Kepada Mantan Istrinya

Ini pelajaran bagi para pasangan suami istri yang masih saja mengedepankan nafsu amarah dan emosi pada setiap persoalan rumah tangga yang dihadapi.

Bila mau jujur ..sebenarnya aku masih sangat mencintainya, perempuan yang dulu pernah mengucap janji setia di depan altar pernikahan denganku. Sebut saja dia Jasmine. Namun nasi sudah menjadi bubur. Di atas rasa cintanya yang masih kuyakini tetap berpijar di hatinya, Jasmine rupanya terlanjur sakit hati, marah, dan terus berusaha membuang setiap serpihan kenangan yang sudah menjadi abu akibat terbakar rasa cemburu butaku di masa lalu !!

Apalagi setelah aku menikahi Atika (nama samaran), perempuan yang sedari semula aku perkenalkan kepada Jasmine sebagai sahabat dekatku. Perasaan benci yang seakan-akan telah membantu itu siap terlempar ke arahku sewaktu-waktu. Seolah-olah dia ingin sekali menunjukkan siapa sipengkhianat yang sebenarnya ... Akukah itu?? Entahlah, mungkin iya ..

Yang jelas, saat itu aku memang benar-benar terbakar api cemburu. Setelah beberapa kali memergoki sms mesra di hape Jasmine dari seseorang yang bernama Edo (sebut saja begitu), aku juga harus menyaksikan seorang pria perlente yang sedang berjalan keluar beriringan dengan istriku dari kantornya, siang itu. Aku tak tahu, mau kemana mereka. Karena sebelum masuk mobil warna silver yang rupanya milik pria itu, aku sudah menghadangnya lebih dulu.

Kutarik tangan istriku, kupaksa dia pulang denganku. Aku tak perduli dengan kilat mata bertanya dari orang-orang yang berada di sana. Bahkan serta merta aku berteriak, bahwa aku suami Jasmine kepada lelaki yang sepertinya mencoba menjelaskan sesuatu kepadaku. Aku tidak peduli !!!

Sesampai di rumah, kutampar Jasmine. Aku tak ingin mendengar kata-kata apapun darinya. Termasuk ribuan kalimat yang mengatakan bila aku salah paham. Aku tak peduli. Sumpah serapah, teriakan, amarah yang selama hari kupendam, kutumpahkan semua. Melihat aku yang bak 'kesetanan', Jasmine akhirnya terdiam dan hanya menangis. Karena semakin dia bicara, semakin aku akan memberondongnya dengan kata-kata sinis dan makian. Entah setan mana yang merasukiku. Hatiku begitu terbakar ...

Bahkan, tanpa sadar, aku mengatakan akan menceraikan dia dan menyuruhnya memilih pria itu!!! Duh ..apa yang telah aku lakukan?? Astaghfirullah ..apa yang telah kukatakan?? Sejenak, aku sendiri merasa kaget dengan kata-kata kasar dari mulutku. Tapi ego laki-lakiku, seakan-akan berupaya untuk tidak kelihatan bersalah atas sikapku itu. Jasmine sendiri kulihat tertegun dengan kalimatku. Namun, aku sendiri tidak menduga bila akhirnya dia akan mengatakan itu. Dia menantangku untuk menceraikan dia secara hukum dan menegaskan bahwa mulai hari itu, dia sudah bukan lagi istrinya. Karena aku (meski tanpa sadar) telah menalak dia !!

Aku tercekat. Namun, sekali lagi, api yang terlanjur membakar emosiku semakin berkobar oleh pernyataan itu. "Semakin aku tahu, memang itu yang kamu cari. Dengan begitu kau akan bisa bebas berhubungan dengan lelaki itu !!!" tuduhku membabi buta.

"Terserah, apa yang kamu katakan, aku tidak peduli. Aku sudah bukan istrimu lagi. Kelak kamu akan menyadari dan menyesal dengan tindakanmu hari ini. Kamu akan menyesal karena kamu telah melakukan kesalahan besar dengan fitnahan yang tidak manusiawi ini !!!" teriak Jasmine histeris.

Itulah yang kuingat saat-saat terakhir kebersamaanku dengan Jasmine sebagai sepasang suami istri. Cemburu itu benar-benar telah menelan semuanya ..kasih sayang, cinta, kesetiaan, indahnya hari-hari kami selama lima tahun menjalani bahtera rumah tangga dan dikaruniai seorang anak laki-laki kecil, sebut saja namanya Happy. Dan akhirnya harus aku akui semua kebenaran yang dikatakan Jasmine setelah dia benar-benar pergi dari kehidupanku. Setelah dia benar-benar meninggalkan rumah yang kami bangun dan tata bersama untuk kembali ke kota kelahirannya. Setelah dia benar-benar telah menukar rasa kasih sayang, cinta dan kesetiaannya dengan kebencian, sakit hati yang mendalam kepadaku ..

Bahkan mungkin atas dasar kebenciannya pula kepadaku, dia tidak mengatakan kepadaku kalau saat itu dia lagi hamil. Inilah yang paling membuatku merasa bersalah, di tambah lagi membiarkan dia menjadi single parent bagi putri keduaku yang lahir enam bulan kemudian setelah perceraiannya denganku !!

Meski aku cemburu dengan pria lain, tapi kata hati dan keyakinanku mengakui kalau putri kecil itu anakku, anak kami. Apalagi setelah dia lahir, satu kali aku sempat berkunjung ke rumah Jasmine dengan dalih ingin bertemu Happy, dan aku melihat begitu banyak kemiripan fisik putri kecil itu denganku. Matanya, hidungnya, semuanya seperti melihat sendiri sosok kecilku dulu. Tapi tiap kali pula Jasmine mengatakan bila itu adalah 'putri haram' nya dengan pria lain. Bahkan dia melarangku untuk menyentuh balita cantik yang dia beri nama selayaknya nama Angel' (bukan nama sebenarnya).. Duh ..

Benarkah dia 'putri haram' Jasmine dengan pria itu ..?? Tapi mengapa hingga hari inipun, Jasmine tidak pernah lagi terlihat dengan pria lain, termasuk pria yang kucemburui itu? Aku tak ingin bertanya. Karena pertanyaan apapun tentang masalalu yang mengingatkan dia pada masa pertengkaran hebat kami itu, akan membuatnya diam membisu. Jasmine bahkan hanya tersenyum sinis sewaktu aku ungkapkan penyesalanku ..

Aku tahu diri. Apalagi, hanya selang beberapa bulan setelah perceraian itu, bukan Jasmine yang menikah dengan pia itu, tapi ternyata malah aku yang menikahi Atika, perempuan yang selama ini aku kenalkan kepada Jasmine sebagai sahabat dekatku di kantor. Ya, awalnya, kami memang sahabat dekat, Atika yang masih single di usianya yang sudah kepala tiga sering curhat padaku. Curhat yang mengundang simpati kelakianku, apalagi makin lama aku merasakan bila dia tertarik bahkan jatuh cinta padaku. Entah dasar apa, mungkin karena masih ada sisa amarah, keinginan 'membalas dendam' atas perlakuan jasmine ... atau mungkin untuk memenuhi hasrat lelakiku setelah sekian lama tak tersentuh perempuan ..aku nekad menikahi Atika.

Tapi ternyata, aku tak bisa menipu diri sendiri. Aku ternyata masih mencintai Jasmine. Semakin hari, bukannya semakin hilang, malah semakin menjadi. Apalagi bila mengingat sikapku yang tidak adil, yang tidak memberikan kesempatan sama sekali kepada Jasmine untuk menjelaskan masalahnya saat itu. Siapa tahu, Jasmine memang benar .. Entahlah, karena setelah resmi bercerai, tidak pernah ada kontak lagi ..


Aku baru mengetahui keadaan Jasmine, justru setelah menikah dengan Atika. Rasa rindu dan penasaran yang tidak bisa kubendung, baik kepada Jasmine maupun Happy, membuatku nekad mengunjungi Jasmine di rumah orangtuanya di kota S yang bisa kutempuh hanya dengan beberapa jam perjalanan saja. Aku tidak peduli. Kalaupun nantinya suami Jasmine yang baru akan mengusir atau bahkan mengajak duel denganku, aku tak peduli !!!

Sesampai di halaman rumah mantan mertuaku itu, kebetulan keadaan sedang sepi. Rupanya orangtua Jasmine sedang tidak berada di rumah. Di situlah aku melihat bayi kecil itu ..seorang bayi perempuan yang tengah lelap di gendongan Jasmine yang hari itu kelihatan jauh lebih cantik dan segar.

Hatiku bergemuruh, bukan karena cemburu atau melihat orang lain di dalam sosok kecil itu. Aku seperti sedang bercermin dan mendapatkan bayangan wajah kecilku di situ. "Jasmine, itu anakku?" tanyaku. Jasmine nampak terkejut dan tidak menduga kedatanganku. Buru-buru dia berupaya menjauhkan bayi kecil itu dari jangkauanku dan meletakkannya di babby box. "Bukan. Itu anak haramku. Buat apa kamu ke sini?" tanyanya sinis.

Sungguh, aku tak bisa menahan perasaanku. Aku yakin, bahkan teramat yakin kalau itu anakku.Entah apa yang kufikirkan dan tengah berkecamuk di dadaku .. tiba-tiba aku ingin sekali menenggelamkan wajah cantik itu di dadaku, seperti waktu-waktu dulu. Aku tak bisa menguasai diri, serta merta kupeluk perempuan di depanku itu. Anehnya, dia hanya meronta sejenak, lalu membiarkan saja bibirku mengecup pipinya juga keningnya .. sedetik kemudia mendorongku hingga hampir terjatuh. "Pergi, pulanglah .." katanya sembari membenahi rambutnyanya. Wajahnya nampak memerah malu ..atau marah?

Aku sendiri tak menyangka dengan kejadian itu dan buru-buru minta maaf. Jasmine tak mau lagi melihatku. Berulangkali dia mengusirku. "Aku sudah bukan istrimu. Aku bukan istri siapa-siapa. Aku juga tidak butuh siapa-siapa. Angel juga tidak butuh ayahnya di pernikahannya kelak," katanya sembari menyuruhku segera keluar dari rumah itu.

Terus terang aku kaget dengan semua pengakuannya. Tapi aku berusaha mengerti. Aku merasa menjadi laki-laki yang telah gagal. Aku begitu limbung .. Aku yakin betul, Angel adalah anakku .. Dan satu hal yang aku tahu, meski tanpa harus ada penjelasan apapun, aku tahu bahwa Jasmine memiliki banyak kebenaran yang sudah tidak ingin lagi dia sampaikan kepadaku. Karena semua memang sudah terlambat !!!

Supaya tidak mengundang keributan, akupun terpaksa pulang. Tanpa pamitan karena Jasmine telah lebih dulu menutup pintu sesaat setelah aku keluar dari rumah. Tanpa sempat bertanya tentang kondisi Happy yang sudah setahun lebih kuabaikan ... tanpa tahu dimana dan sedang apa dia ketika aku datang .. Aku benar-benar galau, khawatir dan cemas ..

Dan dalam perjalanan pulang, fikiranku pun masih pula melayang kepada Atika yang mungkin tengah gundah menantiku di rumah. Apa yang harus kukatakan padanya .. apakah aku akan terus menyakitinya dengan mengungkapkan kejujuran atas perasaanku yang masih begitu mendalam kepada mantan istriku itu? Meski aku tahu .. dia akan selalu menerima dan menerima. Begitu mengerti dengan keadaan psikisku .. seperti janji yang dia ungkapkan saat mengungkapkan perasaan cintanya dan mau menjadi istriku sesaat setelah perceraianku dengan Jasmine saat itu ... Anganku, perasaanku semakin kacau karena sehari sebelum keberangkatanku ke rumah Jasmine, Atika mengatakan sudah telat datang bulan selama lima minggu ....

bantu share atau tag ke sahabatnya yg lain yaaa
 
Mau Yang Lebih Lengkap? Temukan Kami di Facebook

Read More

Catatan Buku Coklat

Cerita Cinta Sejati sepasang muda-mudi yang akhirnya menjadi suami istri, namun dalam kehidupan mereka semakin hari, semakin tidak menemukan kecocokan dalam rumah tangganya. Ini merupakan Kisah cinta sejati yang mengharukan.

Di kisahnya, bahwa si cewek begitu sayang dan setia mencintai cowoknya, dari masa-masa pacaran hingga keduanya menikah menjalani rumah tangga.
Dalam kisah cinta sejati mereka, si cewek atau sang istri mencatat semua kejadian perjalanan cintanya dalam buku cokelat, baik itu menyakitkan maupun sebaliknya.

Catatan Buku cokelat tersebut merupakan salah satu bukti kesetiaan dan ketulusan sang istri kepada suaminya. Berikut adalah cerita selengkapnya.

Kisah Cinta Sejati “CATATAN BUKU COKLAT”

Lima tahun usia pernikahanku dengan Ellen sungguh masa yang sulit. Semakin hari semakin tidak ada kecocokan diantara kami. Kami bertengkar karena hal-hal kecil. Karena Ellen lambat membukakan pagar saat aku pulang kantor. Karena meja sudut di ruang keluarga yang ia beli tanpa membicarakannya denganku, bagiku itu hanya membuang uang saja.

Hari ini, 27 Agustus adalah ulang tahun Ellen. Kami bertengkar pagi ini karena Ellen kesiangan membangunkanku. Aku kesal dan tak mengucapkan selamat ulang tahun padanya, kecupan di keningnya yang biasa kulakukan di hari ulang tahunnya tak mau kulakukan. Malam sekitar pukul 7, Ellen sudah 3 kali menghubungiku untuk memintaku segera pulang dan makan malam bersamanya, tentu saja permintaannya tidak kuhiraukan.
Jam menunjukkan pukul 10 malam, aku merapikan meja kerjaku dan beranjak pulang. Hujan turun sangat deras, sudah larut malam tapi jalan di tengah kota Jakarta masih saja macet, aku benar-benar dibuat kesal oleh keadaan. Membayangkan pulang dan bertemu dengan Ellen membuatku semakin kesal! Akhirnya aku sampai juga di rumah pukul 12 malam, dua jam perjalanan kutempuh yang biasanya aku hanya membutuhkan waktu 1 jam untuk sampai di rumah.

Kulihat Ellen tertidur di sofa ruang keluarga. Sempat aku berhenti di hadapannya dan memandang wajahnya. “Ia sungguh cantik” kataku dalam hati, “Wanita yang menjalin hubungan denganku selama 7 tahun sejak duduk di bangku SMA yang kini telah kunikahi selama 5 tahun, tetap saja cantik”. Aku menghela nafas dan meninggalkannya pergi, aku ingat kalau aku sedang kesal sekali dengannya.

Aku langsung masuk ke kamar. Di meja rias istriku kulihat buku itu, buku coklat tebal yang dimiliki oleh istriku. Bertahun-tahun Ellen menulis cerita hidupnya pada buku coklat itu. Sejak sebelum menikah, tak pernah ia ijinkan aku membukanya. Inilah saatnya! Aku tak mempedulikan Ellen, kuraih buku coklat itu dan kubuka halaman demi halaman secara acak.

14 Februari 1996. Terima kasih Tuhan atas pemberianMu yang berarti bagiku, Vincent, pacar pertamaku yang akan menjadi pacar terakhirku
.
"Hmm… aku tersenyum, Ellen yakin sekali kalau aku yang akan menjadi suaminya."

6 September 2001, Tak sengaja kulihat Vincent makan malam dengan wanita lain sambil tertawa mesra. Tuhan, aku mohon agar Vincent tidak pindah ke lain hati.

Jantungku serasa mau berhenti…

23 Oktober 2001, Aku menemukan surat ucapan terima kasih untuk Vincent, atas candle light dinner di hari ulang tahun seorang wanita dengan nama Melly. Siapakah dia Tuhan? Bukakanlah mataku untuk apa yang Kau kehendaki agar aku ketahui…

Jantungku benar-benar mau berhenti. Melly, wanita yang sempat dekat denganku disaat usia hubunganku dengan Ellen telah mencapai 5 tahun.

Melly, karenanya dia aku hampir saja mau memutuskan hubunganku dengan Ellen karena kejenuhanku. Aku telah memutuskan untuk tidak bertemu dengan Melly lagi setelah dekat dengannya selama 4 bulan, dan memutuskan untuk tetap setia kepada Ellen. Aku sungguh tak menduga kalau Ellen mengetahui hubunganku dengan Melly.

4 Januari 2002, Aku dihampiri wanita bernama Melly, Ia menghinaku dan mengatakan Vincent telah selingkuh dengannya. Tuhan, beri aku kekuatan yang berasal daripadaMu.

Bagaimana mungkin Ellen sekuat itu, ia tak pernah mengatakan apapun atau menangis di hadapanku setelah mengetahui aku telah menghianatinya. Aku tahu Melly, dia pasti telah membuat hati Ellen sangat terluka dengan kata-kata tajam yang keluar dari mulutnya. Nafasku sesak, tak mampu kubayangkan apa yang Ellen rasakan saat itu.

14 Februari 2002, Vincent melamarku di hari jadi pacaran kami yang ke-6. Tuhan apa yang harus kulakukan? Berikan aku tanda untuk keputusan yang harus kuambil.

14 Februari 2003, Hari minggu yang luar biasa, aku telah menjadi Nyonya Alexander Vincent Winoto. Terima kasih Tuhan!

18 Juli 2005, Pertengkaran pertama kami sebagai keluarga. Aku harap aku tak kemanisan lagi membuatkan teh untuknya. Tuhan, bantu aku agar lebih berhati-hati membuatkan teh untuk suamiku.

7 April 2006, Vincent marah padaku, aku tertidur pulas saat ia pulang kantor sehingga ia menunggu di depan rumah agak lama. Seharian aku berada mall mencari jam idaman Vincent, aku ingin membelikan jam itu di hari ulang tahunnya yang tinggal 2 hari lagi. Tuhan, beri kedamaian di hati Vincent agar ia tidak marah lagi padaku, aku tak akan tidur di sore hari lagi kalau Vincent belum pulang walaupun aku lelah.

Aku mulai menangis, Ellen mencoba membahagiakanku tapi aku malah memarahinya tanpa mau mendengarkan penjelasannya. Jam itu adalah jam kesayanganku yang kupakai sampai hari ini, tak kusadari ia membelikannya dengan susah payah.

15 November 2007, Vincent butuh meja untuk menaruh kopi di ruang keluarga, dia sangat suka membaca di sudut ruang itu. Tuhan, bantu aku menabung agar aku dapat membelikan sebuah meja, hadiah untuk Vincent.

Aku tak dapat lagi menahan tangisanku, Ellen tak pernah mengatakan meja itu adalah hadiah untukku. Ya, ia memang membelinya di malam hari dan menaruhnya hari itu juga di ruang keluarga.

Aku sudah tak sanggup lagi membuka halaman berikutnya. Ellen sungguh diberi kekuatan dari Tuhan untuk mencintaiku tanpa syarat. Aku berlari keluar kamar, kukecup kening Ellen dan ia terbangun… “Maafkan aku Ellen, Aku mencintaimu, Selamat ulang tahun sayang…”


Temukan Kami di Facebook


Read More

Kasih Sayang Kakak Kepada Adik

Roy Angel adalah ustadz miskin yang memiliki kakak seorang milyuner. Pada tahun 2009, ketika bisnis minyak bumi sedang mengalami puncak, kakaknya menjual padang rumput di Texas pada waktu yang tepat dengan harga yang sangat tinggi. Seketika itu kakak Roy Angel menjadi kaya raya.

Setelah itu kakak Roy Angel menanam saham pada perusahaan besar dan memperoleh untung yang besar. Kini dia tinggal di apartemen mewah di Jakarta dan memiliki kantor di Di sana. Seminggu sebelum Hari raya, kakaknya menghadiahi Roy Angel sebuah mobil baru yang mewah dan mengkilap.

Suatu pagi seorang anak gelandangan menatap mobilnya dengan penuh kekaguman.

"Hai.. nak" sapa Roy Anak itu melihat pada Roy dan bertanya "Apakah ini mobil Tuan?" "Ya," jawab Roy singkat.

"Berapa harganya Tuan?"

"Sesungguhnya saya tidak tahu harganya berapa".

"Mengapa Tuan tidak tahu harganya, bukankan Tuan yang punya mobil ini?" Gelandangan kecil itu bertanya penuh heran.

"Saya tidak tahu karena mobil ini hadiah dari kakak saya"

Mendengar jawaban itu mata anak itu melebar dan bergumam, "Seandainya. ...seandainya. ..." Roy mengira ia tahu persis apa yang didambakan anak kecil itu. "Anak ini pasti berharap memiliki kakak yang sama seperti kakakku."

Ternyata Roy salah menduga, saat anak itu melanjutkan kata-katanya: "Seandainya. .. seandainya saya dapat menjadi kakak seperti itu....." Dengan masih terheran-heran Roy mengajak anak itu berkeliling dengan mobilnya.

Anak itu tak henti-henti memuji keindahan mobilnya. Sampai satu kali anak itu berkata, "Tuan bersediakah mampir ke rumah saya ? Letaknya hanya beberapa blok dari sini". Sekali lagi Roy mengira dia tahu apa yang ingin dilakukan anak ini. "Pasti anak ini ingin memperlihatkan pada teman-temannya bahwa ia telah naik mobil mewah." pikir Roy . "OK, mengapa tidak", kata Roy sambil menuju arah rumah anak itu.

Tiba di sudut jalan si anak gelandangan memohon pada Roy untuk berhenti sejenak, "Tuan, bersediakah Tuan menunggu sebentar? Saya akan segera kembali". Anak itu berlari menuju rumah gubuknya yang sudah reot. Setelah menunggu hampir sepuluh menit, Roy mulai penasaran apa yang dilakukan anak itu dan keluar dari mobilnya, menatap rumah reot itu.

Pada waktu itu ia mendengar suara kaki yang perlahan-lahan. Beberapa saat kemudian anak gelandangan itu keluar sambil menggendong adiknya yang sedang sakit. Setelah tiba di dekat mobil anak gelandangan itu berkata pada adiknya: "Lihat... seperti yang kakak bilang padamu. Ini mobil terbaru. Kakak Tuan ini menghadiahkannya pada Tuan ini. Suatu saat nanti kakak akan membelikan mobil seperti ini untukmu".

Bukan karena keinginan seorang anak gelandangan yang hendak menghadiahkan mobil mewah untuk adiknya yang membuat Roy tak dapat menahan haru pada saat itu juga, tetapi karena ketulusan kasih seorang kakak yang selalu ingin memberi yang terbaik bagi adiknya. Seandainya saya dapat menjadi kakak seperti itu.

Kisah ini diambil dari sebuah kisah nyata yang ditulis dalam sebuah buku "Stories for the family's heart" by Alice Gray.
 
 
Temukan Kami di Facebook

Read More

Meninggal Saat Menunggu Anaknya

Alkisah, ada dua pemuda pergi ke laut untuk bersantai di pantai sambil membawa makanan untuk makan malam. Sewaktu mereka duduk sambil menyantap makan malam, tiba-tiba mereka dihampiri oleh seorang nenek yang sudah renta. Nenek itu duduk sambil memungut makanan yang tercecer di tanah dan memakannya.
Ketika melihatnya, mereka langsung menghampirinya dan bertanya,”Engkau lapar ya nek?”

Sang nenek menjawab,”Aku di sini sejak pagi dan belum makan apa-apa. Anakku membawaku kesini sejak Subuh tadi. Dia pergi meninggalkanku dan mengatakan kepadaku bahwa dia akan datang dan mengambilku sebentar lagi.”

Singkat cerita, mereka memberinya makanan dan nenek itu pun makan malam bersama mereka. Setelah malam makin larut, mereka mengemasi barang-barang mereka. Para pemuda itu merasa bahwa waktu sudah larut dan cuaca makin dingin. Sementara mereka tidak tega meninggalkan nenek tersebut di tepi pantai dalam kondisi seperti itu dimalam hari.

Salah satu dari mereka menghampirinya dan bertanya,”Engkau punya nomor telepon anakmu yang bisa kami hubungi agar dia datang menjemputmu?”

Nenek itu menjawab,”Oh ya, aku ada nomor teleponnya di kertas."

Tatkala kertas itu dibaca, ternyata tertulis: “Siapa saja yang menemukan wanita ini harap membawanya ke panti jompo.”

Kedua pemuda itu tersentak kaget membaca tulisan tersebut. Siapa yang begitu tega berbuat begini sama orang tuanya sendiri? Mereka duduk sesaat untuk merayu nenek itu mau pergi bersama mereka dan mengantarkan ke tempat yang diinginkannya atau tempat yang tertera di kertas. Tentu saja nenek itu tidak mau pergi bersama mereka, karena anaknya berjanji padanya akan datang untuk menjemputnya. Nenek itu bersikeras untuk menunggu kedatangan anaknya. Dia mengatakan, “Anakku akan datang menjemputku dan aku akan menunggunya.”

Nenek malang itu tidak tahu bahwa anaknya mengelabuinya dan membuangnya pada saat dia sangat membutuhkannya.

Kedua pemuda itu pun meninggalkannya dengan harapan bahwa si anak akan datang menjemputnya sesuai dengan janjinya. Tapi salah seorang pemuda dari mereka merasa tidak bisa tidur karena memikirkan nasib nenek malang itu. Dia bangun, berganti baju dan mengendarai mobilnya menuju pantai.

Setibanya disana dia melihat ambulans, polisi dan orang-orang berkerumun. Dia masuk di sela-sela mereka dan melihat nenek itu sudah meninggal dunia. Ketika dia bertanya kepada mereka tentang sebab kematiannya, mereka menjawab. ”Tekanan darahnya naik dan ia meninggal dunia.” Dia meninggal dunia karena kecemasannya terhadap anaknya; jangan-jangan anaknya mengalami sesuatu sehingga tidak datang menjemputnya. Dia meninggal dunia saat menunggu kedatangan anaknya yang berjanji akan menjemputnya. Dia meninggal dunia saat jauh dari keluarganya.

Semoga Alloh melimpahkan rahmat-Nya kepadanya dan memasukkannya kedalam surga-Nya melalu pintu yang paling lebar. Aamiin.

Saya berharap agar semua orang yang membaca kisah ini mau menyebarluaskannya supaya menjadi peringatan bagi setiap anak yang durhaka kepada orang tuanya.

Judul Terjemahan : Kisah-Kisah Mengharukan yang Penuh Pelajaran Keimanan dan Pelembut Hati
Penulis : Ahmad Salim Baduwailan
Penerjemah : Najib Junaidi, Lc.
Penerbit : Pustaka Elba

Temukan Kami di Facebook
Read More