• Nashira
  • Inti dari Kebahagiaan adalah Kumpulan Kebahagiaan dari Hal Hal Kecil.
  • Kebijaksanaan adalah Pemahaman Nilai Nilai Abadi dan Nilai nilai Hidup
  • Mengucapkan Maaf Hanya Mampu Dilakukan Oleh Orang Pemberani
  • Pemenang Bukannya Tak Pernah Gagal, Tetapi Tidak Pernah Menyerah
  • Kekuatan Bukanlah Tentang Memikul Sekuat Tenaga, Tetapi Tentang Ketepatan Sasaran

Engkau Bukan Hanya Istri yang Melahirkan Anak-Anakku

Tapi Engkau Tanggung Jawab dan Amanahku Serta Masa Depanku
 
Rangkain kata ini disuguhi teruntuk para lelaki yang sudah memiliki bidadari hati, sudah menemui peneduh hati, sudah menemui pengingat masa, sudah menemui penyemangat hidup, sudah menemui teman melusuri jalan berkelok-kelok, sudah menemui pelepas rindu, sudah menemui sahabat setia dalam meraungi samudra amanah Allah titipkan pada engkau semua,
sudah menemui ibu bagi anak-anak kalian, sudah menemui wanita nan taat dengan aturan kamu.

Jagalah hati mereka jangan kalian goresin dengan kalimat tak memiliki unsure estetika, jaga pandangan mereka dengan selalu kalian bisik kata mutiara agar mereka bisa menjadi bidadari penyejuk hati ketika memandangnya, jaga pikiran meraka dengan selalu mengajak berkomunikasi agar tidak terjadi kesalah pahaman antara dua manusia sedang berlayar menuju bahtera hidup.

Istri kalian tidak hanya sebatas ibu bagi anak-anak mu,
Istri kalian bukan sebatas yang merapikan pakaian, memasak kesukaan kamu,
Istri kalian tak sebatas teman yang mengisi kesunyian kalian,
Istri kalian bukan sebatas menambah tanggung jawab,

Tetapi,,
Istri kalian adalah masa depan yang harus dibumbui dengan cinta, kasih, komunikasi, dan saling memahami sehingga yang dirajut benar-benar memiliki harapan begitu spektakuler dipenduduk bumi maupun bagi penduduk langit.

Sayang masih banyak para suami tidak tersadari bagaimana penting istri mereka bagi ketenangan jiwa, sehingga begitu mudah mereka menyilip kata tak bermakna pada bidadari, membiarkan menangis tanpa menanyakan apa dan mengapa, biarkan istri kebinggung tanpa memberi kabar.

Mumpung masih ada kesempatan dalam kebersamaan,
Mumpung masih ada kesempatan dalan senyuman,
Mumpung masih ada kesempatan dalam duka,
Mumpung masih ada kesempatan dalam kesunyian,
Mumpung masih ada kesempatan untuk memperbaiki kesalahan, dan
Mumpung masih ada waktu untuk mengukir harapan masa depan,

Pergunakan itu semua sebagai amanah, pergunakan sebagai lahan ibadah, pergunakan sebagai motivasi meraih mimpi agar cinta diikat diatas ikatan yang suci kekal hingga dimensi berbeda serta yaumil akhir.

lebih lengkap lihat di facebook
Read More

Anak Yang Membawa Hidayah


Semoga kisah ini membuat ibadah Anda semakin baik dan menjadi pengingat peran seorang ayah dan suami di dalam keluarga.
***
Pada suatu malam, seorang pria yang baru selesai bekerja masuk ke dalam rumah. Dia dikejutkan dengan suara isak tangis anak laki-lakinya yang akan beranjak remaja. Suara itu berasal dari kamar sang anak laki-laki. Pria itu langsung masuk ke dalam kamar dan menemukan anaknya menangis tersedu-sedu.
"Mengapa kau menangis?" tanya sang ayah.

Setelah mengatur napasnya, sang anak laki-laki menjawab, "Tetangga kita, kakek Ahmad meninggal dunia tadi pagi,"

Sang ayah berdecak merendahkan. "Tua bangka itu telah mati? Ya sudah, biarkan saja dia mati, apa urusanmu sampai kau menangisinya? Dasar anak bodoh!" ujar sang ayah dengan suara tinggi. "Aku pikir sudah terjadi bencana di rumah ini hingga kau menangis. Ternyata kau hanya menangisi kakek tua itu. Bisa-bisa setelah aku mati nanti, kamu tidak akan menangis seperti saat ini. Dasar anak dungu!"

Sang anak kembali berlinang air mata sambil memberanikan diri menatap ayahnya dengan pandangan tidak percaya. Bagaimana kata-kata itu bisa keluar dari bibir ayahnya sendiri.

"Iya ayah, kelak aku tidak akan menangisi kepergian ayah seperti aku menangisi kepergiannya. Dialah orang yang menuntun tanganku untuk Salat Jumat dan Salat Subuh berjamaah. Dialah yang membuatku sadar bahwa teman-teman bergaulku memberi pengaruh yang buruk. Dari dialah aku belajar membaca Al-Quran," ujar sang anak dengan air mata yang masih berlinang. Anak laki-laki itu mengucapkan semua kata-katanya dengan halus, tanpa menaikkan sedikitpun nada suaranya.

"Sementara ayah, didikan apa yang telah ayah berikan padaku? Ayah memang ayahku secara materi, tetapi kakek Ahmad adalah ayah bagi keimananku. Hari ini aku menangisi kepergiannya karena dialah yang membuatku dekat dengan Allah SWT," lanjutnya sambil mengusap air mata yang tersisa. Sebenarnya hatinya terasa sakit mengucapkan semua itu, tetapi itulah fakta yang dia rasakan selama ini.

Saat itu, sang ayah diam. Ada rasa sakit di hatinya karena sang anak berani mengucapkan kata-kata itu. Tetapi sebuah fakta kadang lebih menyakitkan dibandingkan sebuah kebohongan. Sang pria tahu bahwa apa yang dikatakan putranya adalah sebuah fakta. Benar bahwa dirinya selama ini tidak pernah mengajarkan amalan dan didikan tentang agama sebagaimana kewajiban orang tua pada anaknya.

Pria itu akhirnya melelehkan air mata. Bulir-bulir air itu menetes di pipinya. Dipeluknya anak laki-laki yang tidak dia sadari sudah lebih tinggi dan semakin dewasa. Dulu putranya masih begitu kecil, sekarang tinggi mereka hampir sama. Dielusnya puncak kepala putranya, "Maafkan ayah.."

Sejak malam itu, sang pria berjanji akan menjadi ayah yang baik. Tidak hanya mencukupi materi, tetapi juga mencukupi kebutuhan sang anak akan keimanan dan ketakwaan pada Allah SWT. Dia tidak pernah lagi meninggalkan Salat Wajib dan Salat Jumat. Sekarang sang ayah sudah bisa menjadi ayah sejati untuk anak dan keluarganya.
***
Sahabat RJ semua,
semoga kisah ini membuat Anda dan keluarga ingat bahwa anak adalah titipan Illahi. Bagaimana dia tumbuh dan berkembang adalah tanggung jawab orang tua, termasuk bagaimana membuatnya memiliki keyakinan teguh terhadap agamanya. Semoga Anda menjadi orang tua terbaik untuk anak-anak Anda.

sumber vemale

terbaru ada di facebook
Read More

Burung Burung Kertas

Sewaktu Jhony dan Leony baru berpacaran, Jhony melipat 1000 burung kertas dan memberikannya kepada Leony sebagai hadiah. Jhony berkata, jika 1000 burung kertas itu merupan 1000 ketulusan hatinya kepada Leony.

Leony sangat menyukai burung-burung kertas itu dan menyatakan bahwa ia sangat berbahagia. Leony juga pernah menyatakan bahwa ia sangat ingin sekali tinggal di Paris bersama Jhony, baginya Paris sangatlah indah dan cocok untuknya.


Setiap saat mereka selalu merasakan betapa indahnya cinta mereka berdua. Kemana-mana mereka selalu bersama, dan mereka membuat banyak orang lain merasa iri akan kemesraan mereka. Sampai suatu ketika, Leony berubah, ia mulai menjauhi Jhony. Bahkan ia memutuskan untuk menikah dan akan tinggal di Paris bersama suaminya.

Sewaktu mereka akan berpisah, Leony sempat berkata sesuatu kepada Jhony, “Kita harus melihat dunia ini dengan pandangan ke depan. Menikah bagi seorang wanita adalah kehidupan kedua kalinya. Aku harus bisa memegang kesempatan ini dengan baik. Kamu terlalu miskin, sungguh aku tidak berani membayangkan bagaimana kehidupan kita setelah menikah nanti!”

Jhony sangat terpukul, dia tidak menyangka Leony bisa berlaku seperti itu. Jhony merasa sangat frustasi, dan peristiwa ini juga membuat perubahan besar pada prilakunya. Perlahan dalam hatinya, ia mulai membenci Leony. Ia pun bertekad suat saat nanti akan menjadi orang kaya dan sukses, agar Leony menyesal telah mencampakannya.

Jhony pun mulai bekerja keras, dia pernah menjual koran, menjadi karyawan lepas di sebuah rumah makan, bisnis kecil, setiap pekerjaan dia kerjakan dengan sangat baik dan tekun.

Setelah beberapa tahun kemudian, karena pertolongan teman dan kerja kerasnya, akhirnya Jhony mempunyai sebuah perusahaan besar. Kini ia sudah kaya, tetapi hatinya masih tertuju pada Leony, dia masih tidak dapat melupakannya sedikit pun.

Pada suatu hari di tengah hujan lebat, Jhony tengah mengendarai mobilnya di sebuah pedesaan. Dari dalam mobil ia melihat ada sepasang orang tua tengah berjalan sangat pelan di depannya. Dia mengenali mereka, mereka adalah orang tua Leony.

Dalam hatinya, ingin sekali ia menunjukan kepada mereka kalau sekarang ia tidak hanya mempunyai mobil pribadi, tetapi juga mempunyai Vila dan perusahaan sendiri. Ia ingin mereka tahu kalau ia bukan seorang yang miskin lagi, ia sekarang adalah seorang Bos sebuah perusahaan besar.

Jhony mengendarai mobilnya sangat pelan sambil mengikuti sepasang orang tua tersebut. Hujan terus turun, tanpa henti, biarpun kedua orang tua itu memakai payung, badan mereka tetap basah karena hujan.

Sewaktu mereka sampai tempat tujuan, Jhony tercengang oleh apa yang dilihatnya, itu adalah tempat pemakaman umum dan di sana terdapat sebuah batu nisan bertulisan sebuah nama yang sangat ia kenal ‘Leony’.

Di samping makamnya yang kecil, tergeletak burung-burung kertas yang mulai hancur terkena air hujan. Tapi di mata Jhony, burung-burung kertas itu seakan terlihat begitu hidup.

Orang tua Leony memberitahu Jhony, sebenarnya Leony tidak pergi ke paris, tapi Leony terserang kanker ganas. Leony ingin Jhony menjadi orang yang sukses, dan mempunyai keluarga yang harmonis tanpa memikirkan keadaanya. Maka dengan terpaksa ia berbuat demikian terhadap Jhony dulu. Leony bilang, dia sangat mengerti Jhony, dia percaya kalau Jhony pasti akan berhasil meski tanpanya. Leony juga mengatakan, kalau pada suatu hari nanti Jhony pasti akan datang menjenguk makamnya dan ia berharap, Jhony membawakan beberapa burung kertas buatnya lagi.

Mendengar hal itu, Jhony langsung berlutut di depan makam Leony, ia menangis dengan begitu sedihnya. Ternya wanita yang selama ini ia benci sangat memperhatikaannya, bahkan rela membuang kebahagiaannya demi keberhasilan Jhony.

Hujan pada hari itu terasa tidak akan berhenti, tetesan-tetesan air terus membasahi sekujur tubuh Jhony. Jhony teringat senyum manis Leony yang begitu manis dan polos. Dalam hatinya ia berdoa, “Tuhan, meski tidak Engkau kau kumpulkan kami berdua di bumi ini. Aku berharap Engkau mau mengumpulkan kami di surga nanti.”

selahkan ikutu di facebook
Read More

Good Story

Di Propinsi Zhejiang China, ada seorang anak laki-laki yang luar biasa, sebut saja namanya Zhang Da. Perhatiannya yang besar kepada Papanya, hidupnya yang pantang menyerah dan mau bekerja keras, serta tindakan dan perkataannya yang menyentuh hati membuat Zhang Da, anak lelaki yang masih berumur 10 tahun ketika memulai semua itu, pantas disebut anak yang luar biasa. Saking jarangnya seorang anak yang berbuat demikian,
sehingga ketika Pemerintah China mendengar dan menyelidiki apa yang Zhang Da perbuat maka merekapun memutuskan untuk menganugerahi penghargaan Negara yang Tinggi kepadanya. Zhang Da adalah salah satu dari sepuluh orang yang dinyatakan telah melakukan perbuatan yang luar biasa dari antara 1,4 milyar penduduk China.

Tepatnya 27 Januari 2006 Pemerintah China, di Propinsi Jiangxu, kota Nanjing, serta disiarkan secara Nasional keseluruh pelosok negeri, memberikan penghargaan kepada 10 (sepuluh) orang yang luar biasa, salah satunya adalah Zhang Da.

Mengikuti kisahnya di televisi, membuat saya ingin menuliskan cerita ini untuk melihat semangatnya yang luar biasa. Bagi saya Zhang Da sangat istimewa dan luar biasa karena ia termasuk 10 orang yang paling luar biasa di antara 1,4 milyar manusia. Atau lebih tepatnya ia adalah yang terbaik diantara 140 juta manusia. Tetapi jika kita melihat apa yang dilakukannya dimulai ketika ia berumur 10 tahun dan terus dia lakukan sampai sekarang (ia berumur 15 tahun), dan satu-satunya anak diantara 10 orang yang luar biasa tersebut maka saya bisa katakan bahwa Zhang Da yang paling luar biasa di antara 1,4 milyar penduduk China.
Pada waktu tahun 2001, Zhang Da ditinggal pergi oleh Mamanya yang sudah tidak tahan hidup menderita karena miskin dan karena suami yang sakit keras. Dan sejak hari itu Zhang Da hidup dengan seorang Papa yang tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, dan sakit-sakitan.

Kondisi ini memaksa seorang bocah ingusan yang waktu itu belum genap 10 tahun untuk mengambil tanggungjawab yang sangat berat. Ia harus sekolah, ia harus mencari makan untuk Papanya dan juga dirinya sendiri, ia juga harus memikirkan obat-obat yang yang pasti tidak murah untuk dia. Dalam kondisi yang seperti inilah kisah luar biasa Zhang Da dimulai. Ia masih terlalu kecil untuk menjalankan tanggung jawab yang susah dan pahit ini. Ia adalah salah satu dari sekian banyak anak yang harus menerima kenyataan hidup yang pahit di dunia ini. Tetapi yang membuat Zhang Da berbeda adalah bahwa ia tidak menyerah.

Hidup harus terus berjalan, tapi tidak dengan melakukan kejahatan, melainkan memikul tanggungjawab untuk meneruskan kehidupannya dan papanya. Demikian ungkapan Zhang Da ketika menghadapi utusan pemerintah yang ingin tahu apa yang dikerjakannya. Ia mulai lembaran baru dalam hidupnya dengan terus bersekolah. Dari rumah sampai sekolah harus berjalan kaki melewati hutan kecil. Dalam perjalanan dari dan ke sekolah itulah, Ia mulai makan daun, biji-bijian dan buah-buahan yang ia temui. Kadang juga ia menemukan sejenis jamur, atau rumput dan ia coba memakannya. Dari mencoba-coba makan itu semua, ia tahu mana yang masih bisa ditolerir oleh lidahnya dan mana yang tidak bisa ia makan.

Setelah jam pulang sekolah di siang hari dan juga sore hari, ia bergabung dengan beberapa tukang batu untuk membelah batu-batu besar dan memperoleh upah dari pekerjaan itu. Hasil kerja sebagai tukang batu ia gunakan untuk membeli beras dan obat-obatan untuk papanya. Hidup seperti ini ia jalani selama lima tahun tetapi badannya tetap sehat, segar dan kuat.
ZhangDa Merawat Papanya yang Sakit.

Sejak umur 10 tahun, ia mulai tanggungjawab untuk merawat papanya. Ia menggendong papanya ke WC, ia menyeka dan sekali-sekali memandikan papanya, ia membeli beras dan membuat bubur, dan segala urusan papanya, semua dia kerjakan dengan rasa tanggungjawab dan kasih. Semua pekerjaan ini menjadi tanggungjawabnya sehari-hari.

Zhang Da menyuntik sendiri papanya.
Obat yang mahal dan jauhnya tempat berobat membuat Zhang Da berpikir untuk menemukan cara terbaik untuk mengatasi semua ini. Sejak umur sepuluh tahun ia mulai belajar tentang obat-obatan melalui sebuah buku bekas yang ia beli. Yang membuatnya luar biasa adalah ia belajar bagaimana seorang suster memberikan injeksi/suntikan kepada pasiennya.
Setelah ia rasa ia mampu, ia nekad untuk menyuntik papanya sendiri.

Saya sungguh kagum, kalau anak kecil main dokter-dokteran dan suntikan itu sudah biasa. Tapi jika anak 10 tahun memberikan suntikan seperti layaknya suster atau dokter yang sudah biasa memberi injeksi saya baru tahu hanya Zhang Da. Orang bisa bilang apa yang dilakukannya adalah perbuatan nekad, sayapun berpendapat demikian. Namun jika kita bisa memahami kondisinya maka saya ingin katakan bahwa Zhang Da adalah anak cerdas yang kreatif dan mau belajar untuk mengatasi kesulitan yang sedang ada dalam hidup dan kehidupannya. Sekarang pekerjaan menyuntik papanya sudah dilakukannya selama lebih kurang lima tahun, maka Zhang Da sudah trampil dan ahli menyuntik.
Aku Mau Mama Kembali.

Ketika mata pejabat, pengusaha, para artis dan orang terkenal yang hadir dalam acara penganugerahan penghargaan tersebut sedang tertuju kepada Zhang Da, Pembawa Acara (MC) bertanya kepadanya, “Zhang Da, sebut saja kamu mau apa, sekolah di mana, dan apa yang kamu rindukan untuk terjadi dalam hidupmu, berapa uang yang kamu butuhkan sampai kamu selesai kuliah, besar nanti mau kuliah di mana, sebut saja.

Pokoknya apa yang kamu idam-idamkan sebut saja, di sini ada banyak pejabat, pengusaha, orang terkenal yang hadir. Saat ini juga ada ratusan juta orang yang sedang melihat kamu melalui layar televisi, mereka bisa membantumu!” Zhang Da pun terdiam dan tidak menjawab apa-apa. MC pun berkata lagi kepadanya, “Sebut saja, mereka bisa membantumu” Beberapa menit Zhang Da masih diam, lalu dengan suara bergetar iapun menjawab, “Aku Mau Mama Kembali. Mama kembalilah kerumah, aku bisa membantu Papa, aku bisa cari makan sendiri, Mama Kembalilah!” demikian Zhang Da bicara dengan suara yang keras dan penuh harap.

Saya bisa lihat banyak pemirsa menitikkan air mata karena terharu, saya pun tidak menyangka akan apa yang keluar dari bibirnya. Mengapa ia tidak minta kemudahan untuk pengobatan papanya, mengapa ia tidak minta deposito yang cukup untuk meringankan hidupnya dan sedikit bekal untuk masa depannya, mengapa ia tidak minta rumah kecil yang dekat dengan rumah sakit, mengapa ia tidak minta sebuah kartu kemudahan dari pemerintah agar ketika ia membutuhkan, melihat katabelece yang dipegangnya semua akan membantunya. Sungguh saya tidak mengerti, tapi yang saya tahu apa yang dimintanya, itulah yang paling utama bagi dirinya. Aku Mau Mama Kembali, sebuah ungkapan yang mungkin sudah dipendamnya sejak saat melihat mamanya pergi meninggalkan dia dan papanya.

Tidak semua orang bisa sekuat dan sehebat Zhang Da dalam mensiasati kesulitan hidup ini. Tapi setiap kita pastinya telah dikaruniai kemampuan dan kekuatan yg istimewa untuk menjalani ujian di dunia.

Sehebat apapun ujian yg dihadapi pasti ada jalan keluarnya… ditiap-tiap kesulitan ada kemudahan dan Allah tidak akan menimpakan kesulitan diluar kemampuan umat-Nya. Jadi janganlah menyerah dengan keadaan, jika sekarang sedang kurang beruntung, sedang mengalami kekalahan…. bangkitlah! Karena sesungguhnya kemenangan akan diberikan kepada siapa saja yg telah berusaha sekuat kemampuannya!

ikuti di  facebook
Read More

Kuserahkan Putriku Padamu

Saat pertama kali putri kecil kami terlahir di dunia, dia menjadi simbol kebahagiaan bagi kami, orang tuanya. Bahagia yang tiada tara kami rasakan karenanya. Kami menjaganya siang dan malam, sampai kami melupakan keadaan diri sendiri. Kami sadar, memang seharusnyalah seperti itu kewajiban orang tua.

Kami besarkan dia dengan segenap jiwa dan raga. Kami didik dengan semaksimal ilmu yang kami punya. Dan kami jaga dia dengan penuh kehati-hatian.

Dan waktupun berlalu...


Dia kini telah menjadi sesosok gadis yang cantik. Betapa bangga kami memilikinya. Kami berpikir, betapa cepat waktu berlalu, dan terbersit dalam hati kami untuk tetap menahannnya disini. Bukan bermaksud meletakkan ego kami atas hidupnya, Namun sebagai orang tua, siapa yang dapat berpisah dari anaknya. Putri kesayangannnya.

Tapi,...

Hari ini, akhirnya datang juga. Saat dimana kami harus melihatnya terbalut dalam pakaian cantik, yaitu gaun pengantinnya. Gadis kecil kami telah tumbuh dewasa. Dan sesudah ijab kabul ini, kau lah kini yang menjadi penjaganya. Menggantikan kami. Mari ikatkan tanganmu kepadanya.

Waktu akhirnya memaksa kami berpisah dengannya. Walaupun kau adalah orang yang asing dan baru sebentar dikenalnya, sedangkan kami adalah orang tuanya yang telah mengorbankan semua yang kami punya untuknya. Namun, tak ada sama sekali kemarahan kami atas dirimu, menantuku. Namun ijinkan kami sedikit meluapkan kesedihan atas seorang putri kami yang harus jauh meninggalkan kami, karena harus mengikutimu. Kamipun tak akan protes kepadamu, karena mulai hari ini, dia harus mengutamakan kau diatas kami.

Tolong, jangan beratkan hatinya, karena sebenarnya pun hatinya telah berat untuk meninggalkan kami dan hanya mengabdi kepadamu. Seperti hal nya anak yang ingin berbakti kepada orang tua, pun demikian dengannya. Kami tidak keberatan apabila harus sendiri, tanpa ada gadis kecil kami dulu yang selalu menemani dan menolong kami dimasa tua.

Kami menikahkanmu dengan anak gadis kami dan memberikan kepadamu dengan cuma- cuma, kami hanya memohon untuk dia selalu kau jaga dan kau bahagiakan.

Jangan sakiti hatinya, karena hal itu berarti pula akan menyakiti kami. Dia kami besarkan dengan segenap jiwa raga, untuk menjadi penopang harapan kami dimasa depan, untuk mengangkat kehormatan dan derajat kami. Namun kini kami harus menitipkannya kepadamu. Kami tidaklah keberatan, karena berarti terjagalah kehormatan putri kami.

Jika kau tak berkenan atas kekurangannya, ingatkanlah dia dengan cara yang baik, mohon jangan sakiti dia, sekali lagi, jangan sakiti dia.

Suatu saat dia menangis karena merasa kasihan dengan kami yang mulai menua, namun harus sendiri berdua disini, tanpa ada kehadirannya lagi. Tahukah engkau wahai menantuku, bahwa kau pun memiliki orang tua, pun dengan istrimu ini. Disaat kau perintahkan dia untuk menemani orang tuamu disana, pernahkah kau berpikir betapa luasnya hati istrimu? Dia mengorbankan egonya sendiri untuk tetap berada disamping orang tuamu, menjaga dan merawat mereka, sedang kami tahu betapa sedih dia karena dengan itu berarti orang tuanya sendiri, harus sendiri. Sama sekali tiada keluh kesah darinya tentang semua itu, karena semua adalah untuk menepati kewajibannya kepada Allah.

Dia mementingkan dirimu dan hanya bisa mengirim doa kepada kami dari jauh. Jujur, sedih hati kami saat jauh darinya. Namun apalah daya kami, memang sudah masa seharusnya seperti itu, kau lebih berhak atasnya dari pada kami, orang tuanya sendiri.

Maka hargailah dia yang telah dengan rela mengabdi kepadamu. Maka hiburlah dia yang telah membuat keputusan yang sedemikian sulit. Maka sayangilah dia atas semua pengorbanannya yang hanya demi dirimu. Begitulah cantiknya putri kami, Semoga kau mengetahui betapa berharganya istrimu itu, jika kau menyadari.

ikuti di  facebook
Read More

Kerinduan Yang Tak Berujung

Yaps.. seperti yang kita tahu bahwa seorang anak kecil itu masih begitu polos, begitu jujur bahkan terkadang kejujuran mereka membuat hati siapa saja terenyuh. Mereka juga masih begitu renta dalam menerima hal-hal yang belum sepantasnya mereka rasakan, contohnya adalah sebuah kata ‘kematian’ atau istilah halusnya ‘kehilangan’.
Baru saja saya mendapatkan cerita dari seorang guru SD tentang tingkah anak didiknya. Salah satu ceritanya begini,
Pernah pada suatu hari guru SD tersebut didatangi seorang wali murid yang bingung dengan tingkah anaknya setiap kali ia pulang dari kantor dan
ke kamar anaknya, ia selalu mendapati si anak menangis di atas kasur kamarnya dan memilih untuk tutup mulut saat ditanya ibunya.Nah, sang ibu ini bingung dan bertanya pada gurunya,
“Bu, anak saya kenapa ya setiap kali saya melihat ke kamarnya dia selalu saja menangis, tolong tanyain ya bu, soalnya dia nggak pernah mau jawab kalau saya yang tanya.”
Saat di kelas, sang guru ini bertanya pada si anak.
“Rizky, ibu boleh nanya nggak?”
“Nanya apa bu?” si anak balik bertanya.
“Rizky katanya kalau di rumah sering nangis ya? rizky kenapa nak? cerita sini sama bu guru.”
Namun si anak ini hanya diam. Sang guru pun bingung. Tapi pada akhirnya si anak mau juga menjawab, dan tahukah kalian apa jawaban bocah ini?
“Rizky kangen bapak, bu. Mama kerja terus seharian, kalo hari minggu juga nggak libur kerja terus.Rizky kangen banget sama bapak, bu. Kangen bercanda sama bapak.”
Tahukah kalian bahwa seseorang yang dirindukan anak itu ternyata sudah meninggal. Siapa yang tidak merinding mendengar pernyataan polos seorang anak yang kangen dengan sang bapak yang sudah meninggal? Apa berdosa saat anak itu merindukan bapaknya?

( sungguh, saya menangis mendengar cerita ini.)

Temukan Kami di :  facebook
Read More

Ayah Juga Lupa

Dengar,nak: Ayah mengatakan ini pada saat kau terbaring tidur, sebelah tangan kecil merayap di bawah pipimu dan rambutmu yang ikal lengket pada dahimu yang lembab. Ayah menyelinap masuk seorang diri ke kamarmu. baru beberapa menit yang lalu, ketika ayah membaca koran di ruangan perpustakaan, satu sapuan sesal yang amat dalam menerpa. Dengan perasaan bersalah Ayah datang masuk menghampiri pembaringanmuu

Ada hal2 yang Ayah pikiran, nak: Ayah selama ini bersikap kasar kepada mu. Ayah membentakmu ketika kau sedang berpakaian hendak pergi kesekolah karena kau hanya nenyeka muka mu sekilas dengan handuk. Lalu ayah melihat kau tidak membersihkan sepatumu. Ayah berteriak marah takkala kau melempar beberapa barang mu ke lantai.

Saat makan pagi Ayah juga menemukan kesalahan, kau meludahkan makananmu. Kau menelan terburu buru makananmu, Kau meletakkan sikuamu diatas meja, Kau mengoleskan mentega terlalu tebal di rotimu, dan begitu kau mulai bermain dan Ayah berangkat bekerja, kau berpaling dan melambaikan tangan sambil berseru "selamat jalan Ayah!!!" dan Ayah mengerutkan dahi, lalu menjawab, "tegakkan bahumu!!!"

Kemudian semua itu berulang lagi pada sore hari. Begitu Ayah muncul dari jalan, Ayah segera mengamatimu dengan cermat, memandang hingga lutut, memandangmu yang sedang bermain kelereng. Ada lubang2 pada kaos kakimu. Ayah menghinamu di depan kawan2 mu, lalu Ayah menggiringmu untuk pulang kerumah. "Ini Kaus kaki mahal---- dan kalau kau yang harus membelinya, kau akan lebih ber hati hati!!!" Bayangkan itu, Nak, itu keluar dari pikira seorang Ayah....

Apakah kau ingat nak, ketika ayah sedang mengejakan tugas kantor yang Ayah bawa pulag. Bagaimana kau datang dengan perasaa takut, dengan rasa terluka dalam matamu? Ketika Ayah terus memandang pekerjaan Ayah, tidak sabar karena gangguanmu, kau jadi ragu2 didepan pintu. "KAU MAU APA!!!" semprot Ayah.

Kau tidak berkata sepatah pun, melainkan berlari melintas, dan melompat kearah Ayah, kau melemparkan tanganmu melingkari leher ayah dan mencium Ayah, tangan2mu yang kecil semakin erat memeluk dengan hangat, kehangatan yang telah Allah tetapkan untuk mekar dihatimu dan bahkan pengabaian sekalipun tidak akan mampu melemahkannya. Dan kemudian kau pergi, bergegas menaiki tangga.

Nah, Nak, sesaat setelah itu koran jatuh dari tangan Ayah, dan satu rasa takut yang menyakitkan menerpa Ayah. Kebiasaan apa yang sudah Ayah lakukan? Kebiasaan dalam menemukan kesalahan, dalam mencerca--- ini adalah hadiah Ayah untukmu sebagai seorang anak. Bukan berarti Ayah tidak mencinatimu; Ayah lakukan ini karena ayah berharap terlalu banyak dari masa muda. Ayah sedang mengukurmu dengan kayu pengukur dari tahun2 Ayah sendiri.

Dan sebenarnya begiti banyak hal yang baik dan benar dalam sifatmu. Hati mungil milikmu sama besarnya dengan fajar yang memayungi bukit2 luas. semua ini kau tunjukan dengan sikap spontanmu saat kau menghambur masuk dan mencium ayah sambil mengucapkan selamat tidur. Tidak ada masalah lagi malam ini, Nak. Ayah sudah datang ke tepi pembaringanmu dalam kegelapan, dan Ayah sudah berlutut di sana, dengan rasa malu

Ini adalah sebuah rasa tobat yang lemah; Ayah tau kau tidak akan mengerti hal2 seperti ini kalau Ayah sampaikan padamu saat kau terjaga. Tapi esok hari Ayah akan jadi Ayah sejati! Ayah akan bersahabat karib dengan mu, dan ikut menderita bila kau menderita, dan tertawa bila kau tertawa. Ayah akan menggigit lidah Ayah kalau kata2 tidak sabar keluar dari mulut Ayah. Ayah akan terus mengucapkan kata ini seolah olah sebuah ritual: "DIA CUMA SEORANG ANAK KECIL--- ANAK KECIL!!!"

Ayah khawatir sudah membayangkanmu sebagai seorang yang sudah besar. Namun Ayah memandangmu sekarang, Nak, meringkuk berbaring dan letih dalam tempat tidumu, Ayah lihat bahwa kau masih seorang bayi. kemaren kau masih dalam gendongan ibumu, kepalamu berada di bahu ibumu. Ayah sudah meminta terlalu banyak, sungguh terlalu banyak........
Read More