• Nashira
  • Inti dari Kebahagiaan adalah Kumpulan Kebahagiaan dari Hal Hal Kecil.
  • Kebijaksanaan adalah Pemahaman Nilai Nilai Abadi dan Nilai nilai Hidup
  • Mengucapkan Maaf Hanya Mampu Dilakukan Oleh Orang Pemberani
  • Pemenang Bukannya Tak Pernah Gagal, Tetapi Tidak Pernah Menyerah
  • Kekuatan Bukanlah Tentang Memikul Sekuat Tenaga, Tetapi Tentang Ketepatan Sasaran

Engkau Bukan Hanya Istri yang Melahirkan Anak-Anakku

Tapi Engkau Tanggung Jawab dan Amanahku Serta Masa Depanku
 
Rangkain kata ini disuguhi teruntuk para lelaki yang sudah memiliki bidadari hati, sudah menemui peneduh hati, sudah menemui pengingat masa, sudah menemui penyemangat hidup, sudah menemui teman melusuri jalan berkelok-kelok, sudah menemui pelepas rindu, sudah menemui sahabat setia dalam meraungi samudra amanah Allah titipkan pada engkau semua,
sudah menemui ibu bagi anak-anak kalian, sudah menemui wanita nan taat dengan aturan kamu.

Jagalah hati mereka jangan kalian goresin dengan kalimat tak memiliki unsure estetika, jaga pandangan mereka dengan selalu kalian bisik kata mutiara agar mereka bisa menjadi bidadari penyejuk hati ketika memandangnya, jaga pikiran meraka dengan selalu mengajak berkomunikasi agar tidak terjadi kesalah pahaman antara dua manusia sedang berlayar menuju bahtera hidup.

Istri kalian tidak hanya sebatas ibu bagi anak-anak mu,
Istri kalian bukan sebatas yang merapikan pakaian, memasak kesukaan kamu,
Istri kalian tak sebatas teman yang mengisi kesunyian kalian,
Istri kalian bukan sebatas menambah tanggung jawab,

Tetapi,,
Istri kalian adalah masa depan yang harus dibumbui dengan cinta, kasih, komunikasi, dan saling memahami sehingga yang dirajut benar-benar memiliki harapan begitu spektakuler dipenduduk bumi maupun bagi penduduk langit.

Sayang masih banyak para suami tidak tersadari bagaimana penting istri mereka bagi ketenangan jiwa, sehingga begitu mudah mereka menyilip kata tak bermakna pada bidadari, membiarkan menangis tanpa menanyakan apa dan mengapa, biarkan istri kebinggung tanpa memberi kabar.

Mumpung masih ada kesempatan dalam kebersamaan,
Mumpung masih ada kesempatan dalan senyuman,
Mumpung masih ada kesempatan dalam duka,
Mumpung masih ada kesempatan dalam kesunyian,
Mumpung masih ada kesempatan untuk memperbaiki kesalahan, dan
Mumpung masih ada waktu untuk mengukir harapan masa depan,

Pergunakan itu semua sebagai amanah, pergunakan sebagai lahan ibadah, pergunakan sebagai motivasi meraih mimpi agar cinta diikat diatas ikatan yang suci kekal hingga dimensi berbeda serta yaumil akhir.

lebih lengkap lihat di facebook
Read More

Anak Yang Membawa Hidayah


Semoga kisah ini membuat ibadah Anda semakin baik dan menjadi pengingat peran seorang ayah dan suami di dalam keluarga.
***
Pada suatu malam, seorang pria yang baru selesai bekerja masuk ke dalam rumah. Dia dikejutkan dengan suara isak tangis anak laki-lakinya yang akan beranjak remaja. Suara itu berasal dari kamar sang anak laki-laki. Pria itu langsung masuk ke dalam kamar dan menemukan anaknya menangis tersedu-sedu.
"Mengapa kau menangis?" tanya sang ayah.

Setelah mengatur napasnya, sang anak laki-laki menjawab, "Tetangga kita, kakek Ahmad meninggal dunia tadi pagi,"

Sang ayah berdecak merendahkan. "Tua bangka itu telah mati? Ya sudah, biarkan saja dia mati, apa urusanmu sampai kau menangisinya? Dasar anak bodoh!" ujar sang ayah dengan suara tinggi. "Aku pikir sudah terjadi bencana di rumah ini hingga kau menangis. Ternyata kau hanya menangisi kakek tua itu. Bisa-bisa setelah aku mati nanti, kamu tidak akan menangis seperti saat ini. Dasar anak dungu!"

Sang anak kembali berlinang air mata sambil memberanikan diri menatap ayahnya dengan pandangan tidak percaya. Bagaimana kata-kata itu bisa keluar dari bibir ayahnya sendiri.

"Iya ayah, kelak aku tidak akan menangisi kepergian ayah seperti aku menangisi kepergiannya. Dialah orang yang menuntun tanganku untuk Salat Jumat dan Salat Subuh berjamaah. Dialah yang membuatku sadar bahwa teman-teman bergaulku memberi pengaruh yang buruk. Dari dialah aku belajar membaca Al-Quran," ujar sang anak dengan air mata yang masih berlinang. Anak laki-laki itu mengucapkan semua kata-katanya dengan halus, tanpa menaikkan sedikitpun nada suaranya.

"Sementara ayah, didikan apa yang telah ayah berikan padaku? Ayah memang ayahku secara materi, tetapi kakek Ahmad adalah ayah bagi keimananku. Hari ini aku menangisi kepergiannya karena dialah yang membuatku dekat dengan Allah SWT," lanjutnya sambil mengusap air mata yang tersisa. Sebenarnya hatinya terasa sakit mengucapkan semua itu, tetapi itulah fakta yang dia rasakan selama ini.

Saat itu, sang ayah diam. Ada rasa sakit di hatinya karena sang anak berani mengucapkan kata-kata itu. Tetapi sebuah fakta kadang lebih menyakitkan dibandingkan sebuah kebohongan. Sang pria tahu bahwa apa yang dikatakan putranya adalah sebuah fakta. Benar bahwa dirinya selama ini tidak pernah mengajarkan amalan dan didikan tentang agama sebagaimana kewajiban orang tua pada anaknya.

Pria itu akhirnya melelehkan air mata. Bulir-bulir air itu menetes di pipinya. Dipeluknya anak laki-laki yang tidak dia sadari sudah lebih tinggi dan semakin dewasa. Dulu putranya masih begitu kecil, sekarang tinggi mereka hampir sama. Dielusnya puncak kepala putranya, "Maafkan ayah.."

Sejak malam itu, sang pria berjanji akan menjadi ayah yang baik. Tidak hanya mencukupi materi, tetapi juga mencukupi kebutuhan sang anak akan keimanan dan ketakwaan pada Allah SWT. Dia tidak pernah lagi meninggalkan Salat Wajib dan Salat Jumat. Sekarang sang ayah sudah bisa menjadi ayah sejati untuk anak dan keluarganya.
***
Sahabat RJ semua,
semoga kisah ini membuat Anda dan keluarga ingat bahwa anak adalah titipan Illahi. Bagaimana dia tumbuh dan berkembang adalah tanggung jawab orang tua, termasuk bagaimana membuatnya memiliki keyakinan teguh terhadap agamanya. Semoga Anda menjadi orang tua terbaik untuk anak-anak Anda.

sumber vemale

terbaru ada di facebook
Read More