• Nashira
  • Inti dari Kebahagiaan adalah Kumpulan Kebahagiaan dari Hal Hal Kecil.
  • Kebijaksanaan adalah Pemahaman Nilai Nilai Abadi dan Nilai nilai Hidup
  • Mengucapkan Maaf Hanya Mampu Dilakukan Oleh Orang Pemberani
  • Pemenang Bukannya Tak Pernah Gagal, Tetapi Tidak Pernah Menyerah
  • Kekuatan Bukanlah Tentang Memikul Sekuat Tenaga, Tetapi Tentang Ketepatan Sasaran

Semua Sudah Terlambat Saat Aku Tahu Kau Mencintaiku

Jadi ingat saat2 sekolah dulu

Tidak ada yang lebih menyakitkan dibanding menyimpan perasaan mendalam pada seseorang. Pengakuan itu belum sempat terucap, tetapi dia yang aku cintai sudah pergi selamanya. Dia pergi tanpa tahu bahwa aku mencintainya.

Sebut saja namaku Putri, aku berusia 25 tahun saat kisah ini terjadi. Kisahku mungkin klise, aku jatuh cinta pada seorang pemuda bernama Panji. Dia adalah kakak kelasku saat kami masih sekolah di SMA yang sama. Saat kelas tiga, dia pindah ke kota lain. Tetapi takdir mempertemukan kami kembali di kampus yang sama, saat kami menempuh kuliah S2.

Ada satu hal yang selalu aku simpan dalam hatiku, aku jatuh cinta padanya. Sejak masih duduk di bangku SMA, aku selalu curi-curi pandang ketika jam istirahat. Kadang aku sengaja pamit ke toilet hanya untuk melihatnya bermain basket saat kelasnya ada pelajaran olahraga. Walaupun hanya menatapnya selama 5 menit, rasanya kebahagiaanku penuh sepanjang hari.

Remaja selalu malu-malu mengungkapkan isi hatinya, apalagi aku yang memang punya sifat pemalu. Hampir tidak ada sinyal cinta yang aku kirim padanya. Aku tidak seberani teman-temanku yang bisa titip salam atau terang-terangan mengatakan suka pada cowok yang mereka suka. Jadilah aku memendam perasaanku. Mungkin ini masih cinta monyet, yang akan memudar seiring berjalannya waktu. Dan suatu saat kelak, aku akan benar-benar jatuh cinta di tingkat yang lebih serius dengan pria lain.

Nyatanya perkiraanku salah. Walaupun saat kuliah S1 aku sempat berpacaran dengan pria lain (namanya Yanuar), aku tetap meletakkan kenangan akan Panji dalam hatiku. Singkat cerita, saat aku mengambil S2, aku bertemu lagi dengan Panji. Takdir tersebut membawaku pada rahasia yang terpendam. Hatiku kembali berdetak, kembali merasakan indahnya jatuh cinta hanya dengan menatap kedua matanya. Perasaan yang tidak pernah aku rasakan dengan Yanuar.

Beberapa kali kami berada di kelas yang sama. Dia masih Panji yang ramah dan suka bercanda. Hubungan kami tetap dekat, tapi tetap saja, tidak ada keberanian untuk mengungkapkan rasa cintaku padanya. Bagaimana aku bisa menyatakan perasaanku, ada Yanuar yang masih menjadi pacarku. Egois memang, aku bahkan sering merasa bersalah pada Yanuar, tapi aku tidak bisa membohongi hatiku. Jika saja Panji mengajakku untuk jadi kekasihnya, atau bahkan istrinya, aku tidak akan menolak.

Sayangnya, takdir yang mempertemukan kami harus berakhir. Suatu hari, di sebuah musim penghujan di akhir bulan Desember, Panji mengalami kecelakaan. Dua hari dia dirawat di UGD, tetapi nyawanya tidak tertolong. Dia pergi selama-lamanya.

Duniaku hancur, setiap inci tubuhku menjerit akan kepergiannya,
aku bahkan tidak bisa lagi merasakan sakitnya hatiku, seolah ada bagian tubuhku yang hilang, jika diibaratkan, aku bagai guci yang pecah berkeping-keping.

Aku hadir dalam pemakamannya. Aku hadir dalam setiap acara doa yang dilakukan keluarganya setiap malam. Di duka yang teramat sangat, ibu Panji memintaku untuk menemaninya, setelah para tamu pulang.

"Mbak, mbak ini temannya Panji yang namanya Putri kan?" ujar wanita tua itu. Aku bisa melihat ada duka mendalam di balik senyumnya.

Aku mengangguk, lalu wanita itu mengajakku ke sebuah ruangan, yang menurutnya adalah kamar Panji.

Wanita itu menceritakan sebuah rahasia yang tidak aku ketahui. "Anak ibu.. Panji, dia pernah bilang bahwa dia suka dengan Putri, cinta," lanjutnya.

Detik demi detik berlalu, aku mendengarkan pengakuan ibu Panji bahwa putranya ternyata memendam rahasia. Ternyata selama ini Panji melakukan hal yang sama denganku, diam-diam merahasiakan perasaannya. Bahkan sejak masih di bangku SMA.

"Waktu itu Panji pernah bilang, sekarang Putri sudah punya pacar, mungkin harus menunggu nak Putri putus dulu, baru dia berani jujur," lanjut ibu Panji dengan air mata yang jatuh dari pelupuk matanya.

Aku tidak bisa menahan air mataku, aku menangis di dalam pelukan ibu Panji. Aku menangis hingga dadaku terasa ingin meledak. Aku menyesal, sangat menyesal.

Aku tidak sempat mengatakan bagaimana perasaanku padanya.
Hingga detik ini, penyesalan itu masih ada. Masih mengganjal di dalam lubuk hatiku yang terdalam. Rasanya bahkan jauh lebih berat dibandingkan saat Panji masih hidup.
Apa kamu bisa mendengar doa-doaku tiap malam, Panji?

Aku merindukanmu.

sumber: Vemale
 
Temukan Kami di Facebook

Read More

Penyesalan Seorang Suami Kepada Mantan Istrinya

Ini pelajaran bagi para pasangan suami istri yang masih saja mengedepankan nafsu amarah dan emosi pada setiap persoalan rumah tangga yang dihadapi.

Bila mau jujur ..sebenarnya aku masih sangat mencintainya, perempuan yang dulu pernah mengucap janji setia di depan altar pernikahan denganku. Sebut saja dia Jasmine. Namun nasi sudah menjadi bubur. Di atas rasa cintanya yang masih kuyakini tetap berpijar di hatinya, Jasmine rupanya terlanjur sakit hati, marah, dan terus berusaha membuang setiap serpihan kenangan yang sudah menjadi abu akibat terbakar rasa cemburu butaku di masa lalu !!

Apalagi setelah aku menikahi Atika (nama samaran), perempuan yang sedari semula aku perkenalkan kepada Jasmine sebagai sahabat dekatku. Perasaan benci yang seakan-akan telah membantu itu siap terlempar ke arahku sewaktu-waktu. Seolah-olah dia ingin sekali menunjukkan siapa sipengkhianat yang sebenarnya ... Akukah itu?? Entahlah, mungkin iya ..

Yang jelas, saat itu aku memang benar-benar terbakar api cemburu. Setelah beberapa kali memergoki sms mesra di hape Jasmine dari seseorang yang bernama Edo (sebut saja begitu), aku juga harus menyaksikan seorang pria perlente yang sedang berjalan keluar beriringan dengan istriku dari kantornya, siang itu. Aku tak tahu, mau kemana mereka. Karena sebelum masuk mobil warna silver yang rupanya milik pria itu, aku sudah menghadangnya lebih dulu.

Kutarik tangan istriku, kupaksa dia pulang denganku. Aku tak perduli dengan kilat mata bertanya dari orang-orang yang berada di sana. Bahkan serta merta aku berteriak, bahwa aku suami Jasmine kepada lelaki yang sepertinya mencoba menjelaskan sesuatu kepadaku. Aku tidak peduli !!!

Sesampai di rumah, kutampar Jasmine. Aku tak ingin mendengar kata-kata apapun darinya. Termasuk ribuan kalimat yang mengatakan bila aku salah paham. Aku tak peduli. Sumpah serapah, teriakan, amarah yang selama hari kupendam, kutumpahkan semua. Melihat aku yang bak 'kesetanan', Jasmine akhirnya terdiam dan hanya menangis. Karena semakin dia bicara, semakin aku akan memberondongnya dengan kata-kata sinis dan makian. Entah setan mana yang merasukiku. Hatiku begitu terbakar ...

Bahkan, tanpa sadar, aku mengatakan akan menceraikan dia dan menyuruhnya memilih pria itu!!! Duh ..apa yang telah aku lakukan?? Astaghfirullah ..apa yang telah kukatakan?? Sejenak, aku sendiri merasa kaget dengan kata-kata kasar dari mulutku. Tapi ego laki-lakiku, seakan-akan berupaya untuk tidak kelihatan bersalah atas sikapku itu. Jasmine sendiri kulihat tertegun dengan kalimatku. Namun, aku sendiri tidak menduga bila akhirnya dia akan mengatakan itu. Dia menantangku untuk menceraikan dia secara hukum dan menegaskan bahwa mulai hari itu, dia sudah bukan lagi istrinya. Karena aku (meski tanpa sadar) telah menalak dia !!

Aku tercekat. Namun, sekali lagi, api yang terlanjur membakar emosiku semakin berkobar oleh pernyataan itu. "Semakin aku tahu, memang itu yang kamu cari. Dengan begitu kau akan bisa bebas berhubungan dengan lelaki itu !!!" tuduhku membabi buta.

"Terserah, apa yang kamu katakan, aku tidak peduli. Aku sudah bukan istrimu lagi. Kelak kamu akan menyadari dan menyesal dengan tindakanmu hari ini. Kamu akan menyesal karena kamu telah melakukan kesalahan besar dengan fitnahan yang tidak manusiawi ini !!!" teriak Jasmine histeris.

Itulah yang kuingat saat-saat terakhir kebersamaanku dengan Jasmine sebagai sepasang suami istri. Cemburu itu benar-benar telah menelan semuanya ..kasih sayang, cinta, kesetiaan, indahnya hari-hari kami selama lima tahun menjalani bahtera rumah tangga dan dikaruniai seorang anak laki-laki kecil, sebut saja namanya Happy. Dan akhirnya harus aku akui semua kebenaran yang dikatakan Jasmine setelah dia benar-benar pergi dari kehidupanku. Setelah dia benar-benar meninggalkan rumah yang kami bangun dan tata bersama untuk kembali ke kota kelahirannya. Setelah dia benar-benar telah menukar rasa kasih sayang, cinta dan kesetiaannya dengan kebencian, sakit hati yang mendalam kepadaku ..

Bahkan mungkin atas dasar kebenciannya pula kepadaku, dia tidak mengatakan kepadaku kalau saat itu dia lagi hamil. Inilah yang paling membuatku merasa bersalah, di tambah lagi membiarkan dia menjadi single parent bagi putri keduaku yang lahir enam bulan kemudian setelah perceraiannya denganku !!

Meski aku cemburu dengan pria lain, tapi kata hati dan keyakinanku mengakui kalau putri kecil itu anakku, anak kami. Apalagi setelah dia lahir, satu kali aku sempat berkunjung ke rumah Jasmine dengan dalih ingin bertemu Happy, dan aku melihat begitu banyak kemiripan fisik putri kecil itu denganku. Matanya, hidungnya, semuanya seperti melihat sendiri sosok kecilku dulu. Tapi tiap kali pula Jasmine mengatakan bila itu adalah 'putri haram' nya dengan pria lain. Bahkan dia melarangku untuk menyentuh balita cantik yang dia beri nama selayaknya nama Angel' (bukan nama sebenarnya).. Duh ..

Benarkah dia 'putri haram' Jasmine dengan pria itu ..?? Tapi mengapa hingga hari inipun, Jasmine tidak pernah lagi terlihat dengan pria lain, termasuk pria yang kucemburui itu? Aku tak ingin bertanya. Karena pertanyaan apapun tentang masalalu yang mengingatkan dia pada masa pertengkaran hebat kami itu, akan membuatnya diam membisu. Jasmine bahkan hanya tersenyum sinis sewaktu aku ungkapkan penyesalanku ..

Aku tahu diri. Apalagi, hanya selang beberapa bulan setelah perceraian itu, bukan Jasmine yang menikah dengan pia itu, tapi ternyata malah aku yang menikahi Atika, perempuan yang selama ini aku kenalkan kepada Jasmine sebagai sahabat dekatku di kantor. Ya, awalnya, kami memang sahabat dekat, Atika yang masih single di usianya yang sudah kepala tiga sering curhat padaku. Curhat yang mengundang simpati kelakianku, apalagi makin lama aku merasakan bila dia tertarik bahkan jatuh cinta padaku. Entah dasar apa, mungkin karena masih ada sisa amarah, keinginan 'membalas dendam' atas perlakuan jasmine ... atau mungkin untuk memenuhi hasrat lelakiku setelah sekian lama tak tersentuh perempuan ..aku nekad menikahi Atika.

Tapi ternyata, aku tak bisa menipu diri sendiri. Aku ternyata masih mencintai Jasmine. Semakin hari, bukannya semakin hilang, malah semakin menjadi. Apalagi bila mengingat sikapku yang tidak adil, yang tidak memberikan kesempatan sama sekali kepada Jasmine untuk menjelaskan masalahnya saat itu. Siapa tahu, Jasmine memang benar .. Entahlah, karena setelah resmi bercerai, tidak pernah ada kontak lagi ..


Aku baru mengetahui keadaan Jasmine, justru setelah menikah dengan Atika. Rasa rindu dan penasaran yang tidak bisa kubendung, baik kepada Jasmine maupun Happy, membuatku nekad mengunjungi Jasmine di rumah orangtuanya di kota S yang bisa kutempuh hanya dengan beberapa jam perjalanan saja. Aku tidak peduli. Kalaupun nantinya suami Jasmine yang baru akan mengusir atau bahkan mengajak duel denganku, aku tak peduli !!!

Sesampai di halaman rumah mantan mertuaku itu, kebetulan keadaan sedang sepi. Rupanya orangtua Jasmine sedang tidak berada di rumah. Di situlah aku melihat bayi kecil itu ..seorang bayi perempuan yang tengah lelap di gendongan Jasmine yang hari itu kelihatan jauh lebih cantik dan segar.

Hatiku bergemuruh, bukan karena cemburu atau melihat orang lain di dalam sosok kecil itu. Aku seperti sedang bercermin dan mendapatkan bayangan wajah kecilku di situ. "Jasmine, itu anakku?" tanyaku. Jasmine nampak terkejut dan tidak menduga kedatanganku. Buru-buru dia berupaya menjauhkan bayi kecil itu dari jangkauanku dan meletakkannya di babby box. "Bukan. Itu anak haramku. Buat apa kamu ke sini?" tanyanya sinis.

Sungguh, aku tak bisa menahan perasaanku. Aku yakin, bahkan teramat yakin kalau itu anakku.Entah apa yang kufikirkan dan tengah berkecamuk di dadaku .. tiba-tiba aku ingin sekali menenggelamkan wajah cantik itu di dadaku, seperti waktu-waktu dulu. Aku tak bisa menguasai diri, serta merta kupeluk perempuan di depanku itu. Anehnya, dia hanya meronta sejenak, lalu membiarkan saja bibirku mengecup pipinya juga keningnya .. sedetik kemudia mendorongku hingga hampir terjatuh. "Pergi, pulanglah .." katanya sembari membenahi rambutnyanya. Wajahnya nampak memerah malu ..atau marah?

Aku sendiri tak menyangka dengan kejadian itu dan buru-buru minta maaf. Jasmine tak mau lagi melihatku. Berulangkali dia mengusirku. "Aku sudah bukan istrimu. Aku bukan istri siapa-siapa. Aku juga tidak butuh siapa-siapa. Angel juga tidak butuh ayahnya di pernikahannya kelak," katanya sembari menyuruhku segera keluar dari rumah itu.

Terus terang aku kaget dengan semua pengakuannya. Tapi aku berusaha mengerti. Aku merasa menjadi laki-laki yang telah gagal. Aku begitu limbung .. Aku yakin betul, Angel adalah anakku .. Dan satu hal yang aku tahu, meski tanpa harus ada penjelasan apapun, aku tahu bahwa Jasmine memiliki banyak kebenaran yang sudah tidak ingin lagi dia sampaikan kepadaku. Karena semua memang sudah terlambat !!!

Supaya tidak mengundang keributan, akupun terpaksa pulang. Tanpa pamitan karena Jasmine telah lebih dulu menutup pintu sesaat setelah aku keluar dari rumah. Tanpa sempat bertanya tentang kondisi Happy yang sudah setahun lebih kuabaikan ... tanpa tahu dimana dan sedang apa dia ketika aku datang .. Aku benar-benar galau, khawatir dan cemas ..

Dan dalam perjalanan pulang, fikiranku pun masih pula melayang kepada Atika yang mungkin tengah gundah menantiku di rumah. Apa yang harus kukatakan padanya .. apakah aku akan terus menyakitinya dengan mengungkapkan kejujuran atas perasaanku yang masih begitu mendalam kepada mantan istriku itu? Meski aku tahu .. dia akan selalu menerima dan menerima. Begitu mengerti dengan keadaan psikisku .. seperti janji yang dia ungkapkan saat mengungkapkan perasaan cintanya dan mau menjadi istriku sesaat setelah perceraianku dengan Jasmine saat itu ... Anganku, perasaanku semakin kacau karena sehari sebelum keberangkatanku ke rumah Jasmine, Atika mengatakan sudah telat datang bulan selama lima minggu ....

bantu share atau tag ke sahabatnya yg lain yaaa
 
Mau Yang Lebih Lengkap? Temukan Kami di Facebook

Read More

Catatan Buku Coklat

Cerita Cinta Sejati sepasang muda-mudi yang akhirnya menjadi suami istri, namun dalam kehidupan mereka semakin hari, semakin tidak menemukan kecocokan dalam rumah tangganya. Ini merupakan Kisah cinta sejati yang mengharukan.

Di kisahnya, bahwa si cewek begitu sayang dan setia mencintai cowoknya, dari masa-masa pacaran hingga keduanya menikah menjalani rumah tangga.
Dalam kisah cinta sejati mereka, si cewek atau sang istri mencatat semua kejadian perjalanan cintanya dalam buku cokelat, baik itu menyakitkan maupun sebaliknya.

Catatan Buku cokelat tersebut merupakan salah satu bukti kesetiaan dan ketulusan sang istri kepada suaminya. Berikut adalah cerita selengkapnya.

Kisah Cinta Sejati “CATATAN BUKU COKLAT”

Lima tahun usia pernikahanku dengan Ellen sungguh masa yang sulit. Semakin hari semakin tidak ada kecocokan diantara kami. Kami bertengkar karena hal-hal kecil. Karena Ellen lambat membukakan pagar saat aku pulang kantor. Karena meja sudut di ruang keluarga yang ia beli tanpa membicarakannya denganku, bagiku itu hanya membuang uang saja.

Hari ini, 27 Agustus adalah ulang tahun Ellen. Kami bertengkar pagi ini karena Ellen kesiangan membangunkanku. Aku kesal dan tak mengucapkan selamat ulang tahun padanya, kecupan di keningnya yang biasa kulakukan di hari ulang tahunnya tak mau kulakukan. Malam sekitar pukul 7, Ellen sudah 3 kali menghubungiku untuk memintaku segera pulang dan makan malam bersamanya, tentu saja permintaannya tidak kuhiraukan.
Jam menunjukkan pukul 10 malam, aku merapikan meja kerjaku dan beranjak pulang. Hujan turun sangat deras, sudah larut malam tapi jalan di tengah kota Jakarta masih saja macet, aku benar-benar dibuat kesal oleh keadaan. Membayangkan pulang dan bertemu dengan Ellen membuatku semakin kesal! Akhirnya aku sampai juga di rumah pukul 12 malam, dua jam perjalanan kutempuh yang biasanya aku hanya membutuhkan waktu 1 jam untuk sampai di rumah.

Kulihat Ellen tertidur di sofa ruang keluarga. Sempat aku berhenti di hadapannya dan memandang wajahnya. “Ia sungguh cantik” kataku dalam hati, “Wanita yang menjalin hubungan denganku selama 7 tahun sejak duduk di bangku SMA yang kini telah kunikahi selama 5 tahun, tetap saja cantik”. Aku menghela nafas dan meninggalkannya pergi, aku ingat kalau aku sedang kesal sekali dengannya.

Aku langsung masuk ke kamar. Di meja rias istriku kulihat buku itu, buku coklat tebal yang dimiliki oleh istriku. Bertahun-tahun Ellen menulis cerita hidupnya pada buku coklat itu. Sejak sebelum menikah, tak pernah ia ijinkan aku membukanya. Inilah saatnya! Aku tak mempedulikan Ellen, kuraih buku coklat itu dan kubuka halaman demi halaman secara acak.

14 Februari 1996. Terima kasih Tuhan atas pemberianMu yang berarti bagiku, Vincent, pacar pertamaku yang akan menjadi pacar terakhirku
.
"Hmm… aku tersenyum, Ellen yakin sekali kalau aku yang akan menjadi suaminya."

6 September 2001, Tak sengaja kulihat Vincent makan malam dengan wanita lain sambil tertawa mesra. Tuhan, aku mohon agar Vincent tidak pindah ke lain hati.

Jantungku serasa mau berhenti…

23 Oktober 2001, Aku menemukan surat ucapan terima kasih untuk Vincent, atas candle light dinner di hari ulang tahun seorang wanita dengan nama Melly. Siapakah dia Tuhan? Bukakanlah mataku untuk apa yang Kau kehendaki agar aku ketahui…

Jantungku benar-benar mau berhenti. Melly, wanita yang sempat dekat denganku disaat usia hubunganku dengan Ellen telah mencapai 5 tahun.

Melly, karenanya dia aku hampir saja mau memutuskan hubunganku dengan Ellen karena kejenuhanku. Aku telah memutuskan untuk tidak bertemu dengan Melly lagi setelah dekat dengannya selama 4 bulan, dan memutuskan untuk tetap setia kepada Ellen. Aku sungguh tak menduga kalau Ellen mengetahui hubunganku dengan Melly.

4 Januari 2002, Aku dihampiri wanita bernama Melly, Ia menghinaku dan mengatakan Vincent telah selingkuh dengannya. Tuhan, beri aku kekuatan yang berasal daripadaMu.

Bagaimana mungkin Ellen sekuat itu, ia tak pernah mengatakan apapun atau menangis di hadapanku setelah mengetahui aku telah menghianatinya. Aku tahu Melly, dia pasti telah membuat hati Ellen sangat terluka dengan kata-kata tajam yang keluar dari mulutnya. Nafasku sesak, tak mampu kubayangkan apa yang Ellen rasakan saat itu.

14 Februari 2002, Vincent melamarku di hari jadi pacaran kami yang ke-6. Tuhan apa yang harus kulakukan? Berikan aku tanda untuk keputusan yang harus kuambil.

14 Februari 2003, Hari minggu yang luar biasa, aku telah menjadi Nyonya Alexander Vincent Winoto. Terima kasih Tuhan!

18 Juli 2005, Pertengkaran pertama kami sebagai keluarga. Aku harap aku tak kemanisan lagi membuatkan teh untuknya. Tuhan, bantu aku agar lebih berhati-hati membuatkan teh untuk suamiku.

7 April 2006, Vincent marah padaku, aku tertidur pulas saat ia pulang kantor sehingga ia menunggu di depan rumah agak lama. Seharian aku berada mall mencari jam idaman Vincent, aku ingin membelikan jam itu di hari ulang tahunnya yang tinggal 2 hari lagi. Tuhan, beri kedamaian di hati Vincent agar ia tidak marah lagi padaku, aku tak akan tidur di sore hari lagi kalau Vincent belum pulang walaupun aku lelah.

Aku mulai menangis, Ellen mencoba membahagiakanku tapi aku malah memarahinya tanpa mau mendengarkan penjelasannya. Jam itu adalah jam kesayanganku yang kupakai sampai hari ini, tak kusadari ia membelikannya dengan susah payah.

15 November 2007, Vincent butuh meja untuk menaruh kopi di ruang keluarga, dia sangat suka membaca di sudut ruang itu. Tuhan, bantu aku menabung agar aku dapat membelikan sebuah meja, hadiah untuk Vincent.

Aku tak dapat lagi menahan tangisanku, Ellen tak pernah mengatakan meja itu adalah hadiah untukku. Ya, ia memang membelinya di malam hari dan menaruhnya hari itu juga di ruang keluarga.

Aku sudah tak sanggup lagi membuka halaman berikutnya. Ellen sungguh diberi kekuatan dari Tuhan untuk mencintaiku tanpa syarat. Aku berlari keluar kamar, kukecup kening Ellen dan ia terbangun… “Maafkan aku Ellen, Aku mencintaimu, Selamat ulang tahun sayang…”


Temukan Kami di Facebook


Read More

Kasih Sayang Kakak Kepada Adik

Roy Angel adalah ustadz miskin yang memiliki kakak seorang milyuner. Pada tahun 2009, ketika bisnis minyak bumi sedang mengalami puncak, kakaknya menjual padang rumput di Texas pada waktu yang tepat dengan harga yang sangat tinggi. Seketika itu kakak Roy Angel menjadi kaya raya.

Setelah itu kakak Roy Angel menanam saham pada perusahaan besar dan memperoleh untung yang besar. Kini dia tinggal di apartemen mewah di Jakarta dan memiliki kantor di Di sana. Seminggu sebelum Hari raya, kakaknya menghadiahi Roy Angel sebuah mobil baru yang mewah dan mengkilap.

Suatu pagi seorang anak gelandangan menatap mobilnya dengan penuh kekaguman.

"Hai.. nak" sapa Roy Anak itu melihat pada Roy dan bertanya "Apakah ini mobil Tuan?" "Ya," jawab Roy singkat.

"Berapa harganya Tuan?"

"Sesungguhnya saya tidak tahu harganya berapa".

"Mengapa Tuan tidak tahu harganya, bukankan Tuan yang punya mobil ini?" Gelandangan kecil itu bertanya penuh heran.

"Saya tidak tahu karena mobil ini hadiah dari kakak saya"

Mendengar jawaban itu mata anak itu melebar dan bergumam, "Seandainya. ...seandainya. ..." Roy mengira ia tahu persis apa yang didambakan anak kecil itu. "Anak ini pasti berharap memiliki kakak yang sama seperti kakakku."

Ternyata Roy salah menduga, saat anak itu melanjutkan kata-katanya: "Seandainya. .. seandainya saya dapat menjadi kakak seperti itu....." Dengan masih terheran-heran Roy mengajak anak itu berkeliling dengan mobilnya.

Anak itu tak henti-henti memuji keindahan mobilnya. Sampai satu kali anak itu berkata, "Tuan bersediakah mampir ke rumah saya ? Letaknya hanya beberapa blok dari sini". Sekali lagi Roy mengira dia tahu apa yang ingin dilakukan anak ini. "Pasti anak ini ingin memperlihatkan pada teman-temannya bahwa ia telah naik mobil mewah." pikir Roy . "OK, mengapa tidak", kata Roy sambil menuju arah rumah anak itu.

Tiba di sudut jalan si anak gelandangan memohon pada Roy untuk berhenti sejenak, "Tuan, bersediakah Tuan menunggu sebentar? Saya akan segera kembali". Anak itu berlari menuju rumah gubuknya yang sudah reot. Setelah menunggu hampir sepuluh menit, Roy mulai penasaran apa yang dilakukan anak itu dan keluar dari mobilnya, menatap rumah reot itu.

Pada waktu itu ia mendengar suara kaki yang perlahan-lahan. Beberapa saat kemudian anak gelandangan itu keluar sambil menggendong adiknya yang sedang sakit. Setelah tiba di dekat mobil anak gelandangan itu berkata pada adiknya: "Lihat... seperti yang kakak bilang padamu. Ini mobil terbaru. Kakak Tuan ini menghadiahkannya pada Tuan ini. Suatu saat nanti kakak akan membelikan mobil seperti ini untukmu".

Bukan karena keinginan seorang anak gelandangan yang hendak menghadiahkan mobil mewah untuk adiknya yang membuat Roy tak dapat menahan haru pada saat itu juga, tetapi karena ketulusan kasih seorang kakak yang selalu ingin memberi yang terbaik bagi adiknya. Seandainya saya dapat menjadi kakak seperti itu.

Kisah ini diambil dari sebuah kisah nyata yang ditulis dalam sebuah buku "Stories for the family's heart" by Alice Gray.
 
 
Temukan Kami di Facebook

Read More

Meninggal Saat Menunggu Anaknya

Alkisah, ada dua pemuda pergi ke laut untuk bersantai di pantai sambil membawa makanan untuk makan malam. Sewaktu mereka duduk sambil menyantap makan malam, tiba-tiba mereka dihampiri oleh seorang nenek yang sudah renta. Nenek itu duduk sambil memungut makanan yang tercecer di tanah dan memakannya.
Ketika melihatnya, mereka langsung menghampirinya dan bertanya,”Engkau lapar ya nek?”

Sang nenek menjawab,”Aku di sini sejak pagi dan belum makan apa-apa. Anakku membawaku kesini sejak Subuh tadi. Dia pergi meninggalkanku dan mengatakan kepadaku bahwa dia akan datang dan mengambilku sebentar lagi.”

Singkat cerita, mereka memberinya makanan dan nenek itu pun makan malam bersama mereka. Setelah malam makin larut, mereka mengemasi barang-barang mereka. Para pemuda itu merasa bahwa waktu sudah larut dan cuaca makin dingin. Sementara mereka tidak tega meninggalkan nenek tersebut di tepi pantai dalam kondisi seperti itu dimalam hari.

Salah satu dari mereka menghampirinya dan bertanya,”Engkau punya nomor telepon anakmu yang bisa kami hubungi agar dia datang menjemputmu?”

Nenek itu menjawab,”Oh ya, aku ada nomor teleponnya di kertas."

Tatkala kertas itu dibaca, ternyata tertulis: “Siapa saja yang menemukan wanita ini harap membawanya ke panti jompo.”

Kedua pemuda itu tersentak kaget membaca tulisan tersebut. Siapa yang begitu tega berbuat begini sama orang tuanya sendiri? Mereka duduk sesaat untuk merayu nenek itu mau pergi bersama mereka dan mengantarkan ke tempat yang diinginkannya atau tempat yang tertera di kertas. Tentu saja nenek itu tidak mau pergi bersama mereka, karena anaknya berjanji padanya akan datang untuk menjemputnya. Nenek itu bersikeras untuk menunggu kedatangan anaknya. Dia mengatakan, “Anakku akan datang menjemputku dan aku akan menunggunya.”

Nenek malang itu tidak tahu bahwa anaknya mengelabuinya dan membuangnya pada saat dia sangat membutuhkannya.

Kedua pemuda itu pun meninggalkannya dengan harapan bahwa si anak akan datang menjemputnya sesuai dengan janjinya. Tapi salah seorang pemuda dari mereka merasa tidak bisa tidur karena memikirkan nasib nenek malang itu. Dia bangun, berganti baju dan mengendarai mobilnya menuju pantai.

Setibanya disana dia melihat ambulans, polisi dan orang-orang berkerumun. Dia masuk di sela-sela mereka dan melihat nenek itu sudah meninggal dunia. Ketika dia bertanya kepada mereka tentang sebab kematiannya, mereka menjawab. ”Tekanan darahnya naik dan ia meninggal dunia.” Dia meninggal dunia karena kecemasannya terhadap anaknya; jangan-jangan anaknya mengalami sesuatu sehingga tidak datang menjemputnya. Dia meninggal dunia saat menunggu kedatangan anaknya yang berjanji akan menjemputnya. Dia meninggal dunia saat jauh dari keluarganya.

Semoga Alloh melimpahkan rahmat-Nya kepadanya dan memasukkannya kedalam surga-Nya melalu pintu yang paling lebar. Aamiin.

Saya berharap agar semua orang yang membaca kisah ini mau menyebarluaskannya supaya menjadi peringatan bagi setiap anak yang durhaka kepada orang tuanya.

Judul Terjemahan : Kisah-Kisah Mengharukan yang Penuh Pelajaran Keimanan dan Pelembut Hati
Penulis : Ahmad Salim Baduwailan
Penerjemah : Najib Junaidi, Lc.
Penerbit : Pustaka Elba

Temukan Kami di Facebook
Read More

Surat Cinta; Maafkan Aku Yang Mencintaimu

Suamiku sayang.....
Ini semua tentang aku, semoga kau mau membacanya.
Suamiku, aku adalah wanita yang tak pandai mengungkapkan isi hati. Suamiku, dari dulu, inilah aku. Aku menyukai puisi dan kata-kata indah dalam tulisan. Aku adalah pemimpi romantis yang selalu mengangankan seikat cinta dan kesetiaan.

Suamiku, aku memang tak pandai memasak, tak pintar merajut dan tak bisa menahan amarah. Namun aku selalu mencoba untuk belajar dan belajar.

Suamiku, aku pun seorang yang sangat mencintai kejujuran, menyayangi kesetiaan dan menghormati keterbatasan. Aku tak sempurna suamiku, tapi aku menjanjikan kesetiaan dan cinta yang tulus sejak kau menjadi imamku, dan aku akan menjaga janji itu segenap jiwaku.

Suamiku, aku pencemburu yang gila, namun kututupi semua itu dengan sebuah peti kepercayaan. Aku pemarah yang hebat namun kubalut semua itu dengan sebuah kemasan keceriaan.
Suamiku, saat peti itu kau rusak dan kemasan itu kau sobek, aku dikelilingi keadaan kalut, aku rapuh, aku sakit dan aku jatuh dalam keterpurukan, aku merasa gagal menjadi istri, aku merasa sempurna menjadi cacat dalam percintaan ini.

Suamiku, maafkan aku atas semua tanyaku, aku sering menanyakan semua kegiatan dan aktifitasmu, aku sering bertanya sedang apa dan dimana dirimu, aku selalu mengganggumu dengan semua pertanyaan-pertanyaanku. Bukan aku curiga suamiku, semua karena aku terlalu mengkhawatirkan keadaanmu dan selalu merindukan pulangmu.

Suamiku, maafkan aku yang selalu bergelanyut manja saat kau pulang kerja atau sedang menonton sambil golekan, aku ingin merasakan sentuhan kulitmu atau sekedar memeluk tubuh letihmu. Sedangkan kau letih dan tak mau diganggu, aku baru menyadarinya suamiku, sejak kau jarang menyentuhku kecuali kau memang ingin, dan sering membelakangiku saat tidur di kala aku ingin hanya sekedar membelai wajahmu. Karena itu suamiku, aku mengurangi manjaku. Aku tidak menggodamu bila bukan kau yang mulai. Aku sering membiarkanmu menonton sendiri agar aku tak mengganggumu lagi. Namun aku akan selalu ada jika kau butuh aku suamiku.

Suamiku, saat kau pergi untuk sebuah keperluan dan harus pulang malam, maafkan aku bila aku marah, namun taukah kau suamiku, aku bukan curiga atau mengekang. Aku marah karena kau selalu telat mengabariku tentang dimana dirimu. Aku marah karena kadang kau berjanji akan pergi denganku namun tak memberi kabar, atau aku marah karena kadang kau akan bertemu orang namun tak jujur dengan siapa. Maafkan aku suamiku, aku diam saat kau pulang, aku tak bicara seolah kau merasa aku sesuka hatiku, tapi taukah kau suamiku, aku marah agar kau tak dengar amarahku yg membuatmu tambah lelah. Aku diam agar marahku reda dan tak mengeluarkan kata-kata yg membuatmu marah, benarkan sayang? Malah kau yang memarahiku suamiku...katamu aku sesuka hatiku, katamu aku tak mau mengerti aktifitasmu. Aku sedih suamiku dengan semua tuduhanmu. Aku memilih diam dan aku tau itu membuatmu kesal. Aku mungkin memang salah tapi aku selalu mencoba mengerti. Dari nada bicaramu, aku tetaplah salah, aku tetaplah istri yang tak pengertian dan sesuka hati hingga kau harus sabar dan kuat menghadapiku.

Suamiku, maafkan lagi aku, aku memang bodoh. Aku terlalu sedih hingga saat keberangkatanmu semalam keluar kota aku memang tak bisa bicara dan hanya diam, aku ingin kau bebas dari semua pertanyaan dan celotehanku. Tenangkanlah hatimu dulu, aku yakin kau butuh melepas penat dari bayang-bayangku. Bila saatnya kau berkata “ma, pa rindu dengar suara mama” baru aku akan menyapamu suamiku. Aku menyadari mungkin kau butuh kesendirian tanpa gangguanku. Tolong suamiku, jangan berfikiran yang tidak-tidak tentangku, ini semua kulakukan karena perasaanmu yang kau ungkapkan. Kau tak harus bersabar padaku, tak harus kuat menghadapi tingkahku, aku memang salah, benci saja aku dan akupun akan siap menjauh darimu.

Suamiku, aku mencintaimu lebih dari yang kau tau
Suamiku, aku menyanjungmu melebihi hidupku
Suamiku, maaf atas ego,pertanyaan dan tingkahku
Suamiku, bahagiakan dirimu dan jangan memaksakan mengatakan akan selalu membahagiakanku, karena kau butuh bahagia juga.

Bila kebahagiaan tak datang saat kau tak mendengar suaraku maka akulah kebahagiannmu, namun bila kebahagiaan datang saat ketiadaanku maka carilah kebahagiaan itu suamiku.

Aku ikhlas. Karena aku mencintaimu suamiku....
 
 
Temukan Kami di Facebook

Read More

Ketika Ketulusan Cinta Yang Bicara

Diusianya yang kini 58 tahun, pak Suyatno mengisi hari-harinya dengan merawat sang istri yang telah dinikahinya lebih dari 32 tahun lalu. Mereka dikarunia empat orang anak, di sinilah awal cobaan itu menerpa kehidupan mereka.

Setelah sang istri melahirkan anak mereka yang ke-empat, tiba-tiba kaki sang istri lumpuh dan tidak bisa digerakkan, itu terjadi selama kurang lebih dua tahun lamanya. Menginjak tahun ke-tiga penyakitnaya pun kian parah, seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang, lidahnya pun sudah tidak bisa digerakkan lagi.

Setiap hari pak Suyatnolah yang merawat sang istri. Ia memandikan, menyuapi, dan mengangkat istrinya ke atas tempat tidur. Sebelum ia berangkat untuk bekerja setiap harinya, pak Suyatno selalu menempatkan sang istri di depan televisi, hal itu ia lakukan agar sang istri tidak merasa kesepian saat ditinggalkan. Untunglah tempat usaha pak Suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya, sehingga setiap siang ia pun dapat pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. Ketika sore sepulang dari tempat usahanya, pak Suyatno memandikan sang istri, dan selepas maghrib ia menemaninya untuk menonton televisi sambil menceritakan apa saja yang dialaminya seharian ini.

Walaupun istrinya hanya bisa memandang tanpak bisa menanggapi, pak Suyatno sudah cukup senang dengan semua itu. Ia selalu mengajak istrinya bercanda, bahkan menggodanya setiap berangkat tidur. Rutinitas ini sudah dilakukan pak Suyatno lebih kurang 25 tahun. Dengan sabar ia merawat sang istri, bahkan sambil membesarkan ke-empat buah hati mereka. Sekarang anak-anak mereka sudah dewasa dan berumah tangga sendiri, hanya si bungsu saja yang masih kuliah.

Pada suatu hari, ke-empat anak pak Suyatno berkumpul di rumah orang tuanya sambil menjenguk sang ibu. Karena setelah anak mereka menikah, mereka tinggal dengan keluarga masing-masing. Dan pak Suyatno memutuskan ibu mereka dia saja yang merawatnya.

Dengan kalimat yang cukup hati-hati, anak pertamanya berkata "Pak, kami ingin sekali merawat ibu. Semenjak kami masih kecil sampai sekarang, bapaklah yang selalu merawat ibu tanpa pernah mengeluh. Bahkan bapak tidak mengijinkan kami menjaga ibu." Dengan air mata berlinang, si sulung melanjutkan, “sudah empat kali juga kami mempersilahkan bapak untuk menikah lagi, kami rasa ibu pun akan mengijinkannya. Kami berpikir, kapan bapak menikmati masa tua bapak jika setiap haria hanya untuk berkorban seperti ini. Kami sudah tidak tega melihatnya, kami berjanji akan merawat ibu sebaik-baiknya jika menikah lagi."

Dengan lembut pak Suyatno menjawab. "Anak-anakku, jikalau pernikahan dan hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak sudah menikah lagi. Tetapi ketahuilah, dengan adanya ibu kalian di samping bapak, itu sudah lebih dari cukup membahagiakan bapak. Coba kalian tanya ibu kalian, apakah dia menginginkan keadaanya seperti ini! Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah batin bapak bisa bahagia meninggalkan ibu kalian dengan keadaanya seperti sekarang? Kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan ini untuk dirawat orang lain, tapi bagaimana dengan ibu kalian yang sakit?”

Mendengar hal itu, anak-anak pak Suyatno merasa terharu, butiran-butiran kecil pun jatuh di pelupuk mata mereka. Dengan pilu, ditatapnya mata ayah mereka yang sangat mencintai ibunya.

Sampailah suatu ketika, pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun televisi swasta sebagai nara sumber di acara mereka. Di tengah acara, mereka mengajukan sebuah pertanyaan kepada pak Suyatno, "Kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat istri yang sudah tidak bisa apa-apa."

Dengan perasaan haru ia bercerita. "Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam pernikahannya, tetapi tidak mau memberikan waktu, tenaga, pikiran, serta perhatiannya untuk pernikahan mereka, maka itu semua adalah kesia-siaan. Saya memilihnya menjadi pendamping hidup saya. Dulu saat dia sehat, dengan sabar ia merawat saya, mencintai saya dengan hati dan batinnya bukan dengan mata. Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kami bersama, dan itu merupakan ujian bagi saya apakah dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Sehat pun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi saat dia seperti sekarang ini."

silahkan share atau tag ke sahabat RJ yang lain. semoga bermanfaat.

budayakan like setelah membaca :)

Read More

Pesan Ayah Untuk Anak Gadisnya

Inilah sebuah surat yang ditulis seorang ayah untuk seorang anak gadis di mana pun dia berada:

Anak gadisku yang kukasihi,
Kau adalah anak yang cantik. Aku dan ibumu selalu memikirkanmu. Tidak lama lagi kau akan meninggalkan kami dan rumah ini untuk menjalani kehidupanmu sendiri. Bolehkah aku sekiranya memberimu sedikit nasihat untukmu?
Hal-hal ini janganlah kau lakukan dalam hidupmu.

1.Jangan memandang rendah dirimu sendiri.
Kau itu hebat dan mampu meraih impian yang besar, karena itu percayalah pada dirimu sendiri. Ketika segala sesuatu berjalan buruk, jangan berhenti mempercayai diri sendiri. Ada anak-anak gadis yang putus asa, menyalahkan diri sendiri, dan malah kehilangan kepercayaan diri mereka. Masalah memang akan datang, tapi jangan pernah meremehkan dirimu sendiri.

2.Jangan terobsesi dengan penampilanmu.
Menurut kami, kau terlihat luar biasa (meski beberapa baju yang kau pakai membuat kami merasa waswas!). Kami mohon terimalah dirimu apa adanya dan tubuh yang kaumiliki itu dengan hati bahagia. Makanlah dengan benar, berolahragalah, dan jagalah kesehatanmu. Ada beberapa anak yang menjadi terobsesi untuk menjadi kurus atau menyempurnakan bentuk tubuh mereka. Tapi, penampilanmu ini sudah sempurna, Anakku.

3.Jangan bergaya hidup di luar kemampuan finansialmu.
Berusahalah selalu untuk berbelanja yang sesuai dengan pendapatanmu, dan menabunglah meski jumlahnya tak besar. Jika memungkinkan, hindari utang. Memang ada beberapa pengecualian, seperti mendapatkan hipotek untuk membeli sebuah rumah, tapi secara umum jika kau bisa mencukupi segala kebutuhanmu dengan pendapatanmu, kau akan terhindar dari masalah-masalah utang.

4.Jangan berkompromi dengan keselamatan dirimu.
Jangan membahayakan dirimu sendiri. Kau tidak bisa begitu saja menaruh kepercayaanmu pada orang lain, sampai kau benar-benar sudah mengenali mereka dengan sangat baik. Dan terkadang kau harus menghindari hal-hal yang tampaknya menyenangkan. Jangan pernah meminum minuman alkohol atau mencoba obat-obatan terlarang. Sayangnya di luar sana, ada beberapa orang yang memang punya hati jahat dan alangkah baiknya jika kau tidak coba-coba mengambil risiko yang tak semestinya.

5.Jangan menjalin hubungan dengan pria berkeluarga.
Masih ada begitu banyak pria lajang yang baik di luar sana. Jangan pernah terlibat hubungan spesial dengan seorang pria yang sudah berkeluarga, betapapun menariknya pria itu. Karena semuanya itu hanya akan membuat hatimu sedih.

6.Jangan memberikan upayamu yang tak maksimal.
Kami sangat bangga atas segala pencapaian yang telah kau raih. Seharusnya kau juga merasa bangga pada dirimu sendiri. Tetaplah lakukan yang terbaik dalam segala hal yang kau tekuni. Hanya itu yang bisa diharapkan orang lain darimu.

7.Jangan lupa, orangtuamu mencintaimu.
Apa pun yang terjadi dalam hidup ini, keluargamu tetaplah keluargamu. Apa pun kesulitan yang kau hadapi, kau bisa selalu membicarakannya pada kami dan kami akan mencoba membantumu. Kami selalu bersamamu.

8.Hal yang sangat penting dari semua ini
Jangan lupa, Selalulah ikhtiar. Karena hanya kepadaNya kita meminta dan hanya kepadaNya lah kita memohon perlindungan.


Anakku.
Saat kamu membaca semua pesan ini, mungkin kami sudah sangat jauh dari kamu. Tapi yakinlah nak, kami selalu mendoakan kamu dan kamu selalu di hati kami.
Read More

Cinta Sang Kupu-Kupu

Di sebuah kota kecil yang tenang dan indah, ada sepasang pria dan wanita yang saling mencintai. Mereka selalu bersama memandang matahari terbit di puncak gunung, bersama di pesisir pantai menghantar matahari senja. Setiap orang yang bertemu dengan mereka tidak bisa tidak akan menghantar dengan pandangan kagum dan doa bahagia. Mereka saling mengasihi satu sama lain.

Namun pada suatu hari, sang lelaki mengalami luka berat akibat sebuah kecelakaan.
Ia berbaring di atas ranjang pasien. beberapa malam tidak sadarkan diri di rumah sakit. Siang hari sang wanita menjaga di depan ranjang dan dengan tiada henti memanggil-manggil kekasih yang tidak sadarkan diri itudan berdoa kepada Tuhan agar kekasihnya selamat. Air matanya sendiri hampir kering karena menangis sepanjang hari.

Seminggu telah berlalu, sang lelaki tetap pingsan tertidur seperti dulu, sedangkan si wanita telah berubah menjadi pucat pasi dan lesu tidak terkira, namun ia tetap dengan susah payah bertahan dan akhirnya pada suatu hari, sorang wanita tua menghampirinya. Wanita tua itu lalu bertanya, "Apakah kamu benar-benar bersedia menggunakan nyawamu sendiri untuk menyelamatkan kekasihmu?".

Tanpa mearasa ragu wanita itu menjawab, "Ya, saya bersedia demi keselamatannya".

Wanita tua itu lalu berkata lagi, "Baiklah, Aku bisa membantu kekasihmu untuk sembuh kembali. Namun ada satu syarat yang harus kamu lakukan, yaitu kamu harus menjadi kupu-kupu selama 3 tahun. Apa kamu bersedia? Jika iya, temui aku di balik bukit itu malam hari nanti."

Mendengar hal itu si wanita merasa terharu, dan dengan jawaban yang pasti ia berkata, "Ya, saya bersedia!." Malam harinya berangkatlah dia menuju balik bukit menemui nenek tua itu.

Saat hari telah terang, dan si wanita kini telah menjelma jadi seekor kupu-kupu yang indah. Ia mohon diri pada si wanita tua dan segera kembali menuju rumah sakit tempat kekasihnya dirawat. Ternyata sangat luar biasa, kekasihnya benar-benar telah siuman bahkan ia sedang berbicara dengan seorang dokter wanita. Namun sayang, ia tidak dapat mendengar apa yang mereka bicarakan, sebab ia tak bisa masuk ke ruang itu hanya bisa memandang dari luar jendela yang terkunci rapat.

Beberapa hari kemudian, lelaki kekasih kupu-kupu itu telah sembuh, namun ia sama sekali tidak bahagia karena kekasihnya telah menghilang. Ia bertanya pada setiap orang yang lewat, namun tidak ada yang tahu di mana kekasihnya berada.

Lelaki itu sepanjang hari tidak makan dan istirahat, ia terus mencari. Ia begitu rindu kepadanya, begitu inginnya bertemu dengan sang kekasih, meski ia tidak tahu kini kekasihnya telah berubah menjadi kupu-kupu yang setiap saat selalu berputar-puta di sampingnya.

Musim panas telah berakhir, angin musim gugur yang sejuk meniup jatuh daun pepohonan. Kupu-kupu mau tidak mau harus meninggalkan tempat tersebut lalu terakhir kali ia terbang dan hinggap di atas bahu sang kekasih. Ia bermaksud menggunakan sayapnya yang kecil untuk membelai wajah sang kekasih, menggunakan mulutnya yang kecil lembut mencium keningnya. Namun tubuhnya yang kecil dan lemah benar-benar tidak boleh di ketahui olehnya, sebuah gelombang suara tangisan yang sedih hanya dapat di dengar oleh kupu-kupu itu sendiri, dan mau tidak mau dengan berat hati ia meninggalkan kekasihnya untuk terbang ke arah yang jauh dengan membawa harapan 3 tahun kedepan akan bersama lagi.

Dalam sekejap telah tiba musim semi yang kedua, sang kupu-kupu pun dengan tidak sabar segera terbang kembali mencari kekasihnya yang lama ia tinggalkan. Namun ternyata, di samping bayangan yang tak asing lagi baginya telah berdiri seorang wanita cantik.

Dalam sekilas, sang kupu-kupu nyaris jatuh dari angkasa. Ia benar-benar tidak percaya dengan pemandangan di depannya itu. Lebih tidak percaya lagi dengan omongan banyak orang yang selalu menceritakan ketika tahun baru yang lalu, betapa parah sakit sang lelaki. Menceritakan betapa baik dan manisnya dokter wanita itu. Bahkan mengatakan betapa sudah sewajarnya percintaan mereka dan melukiskan sang lelaki sudah bahagia seperti dulu.

Sang kupu-kupu sangat sedih. Beberapa hari berikutnya ia seringkali melihat kekasihnya membawa dokter tersebut ke gunung untuk memandang matahari terbit, menghantar matahari senja di pesisir pantai. Sama seperti yang pernah di lakukannya dulu. Dalam sekejap, tokoh utama dalam cerita cinta itu, telah berganti seorang wanita lain. Sedangkan ia sendiri, tidak dapat berbuat apa-apa.

Musim panas tahun ini sangat panjang, sang kupu-kupu setiap hari terbang rendah dengan perasaan tersiksa dan ia sudah tidak memiliki keberanian lagi untuk mendekati kekasihnya. Bisikan suara antara kekasihnya dengan wanita itu, sudah cukup membuat hembusan napas dirinya berakhir.

Bunga bersemi dan layu. Bunga layu dan bersemi lagi. Bagi seekor kupu-kupu waktu seolah-olah hanya menandakan semua ini. Musim panas pada tahun ketiga, sang kupu-kupu sudah tidak sering lagi pergi mengunjungi kekasihnya.

Sang lelaki itu mendekap perlahan bahu si dokter wanita, mencium lembut wajahnya serta memeluknya. Sama sekali tidak punya waktu memperhatikan seekor kupu-kupu yang hancur hatinya apalagi mengingat masa lalu.

Tiga tahun perjanjian sang kupu-kupu sudah akan segera berakhir. Pada suatu hari, sesaat sebelum perjanjian itu berakhir, kekasihnya melaksanakan pernikahan dengan dokter wanita yang menjadi penggantinya itu. Sang kupu-kupu secara diam-diam masuk ke dalam tempat acara dan mendengarkan sang kekasih yang berikrar di hadapan Tuhan. Ia memandangi sang kekasih memakaikan cincin ke tangan wanita itu dengan mesranya. Lalu mengalirlah air mata kesedihan sang kupu-kupu.

Dengan berat hati, ia pun pergi dari tempat itu, di tengah perjalanan ia bertemu dengan wanita tua yang dulu membantunya menyelamatkan jiwa sang kekasih. Wanita itu bertanya kepadanya, "Apakah kamu menyesal dengan yang telah kamu pilih...?"

Sambil mengeringkan air matanya, sang kupu-kupu menjawab. "Tidak, saya tidak akan menyesal."

Wanita tua itu berkata lagi, "Besok kamu sudah dapat kembali menjadi dirimu semula, apakah kamu senang."

Sambil mengelengkan kepalanya kupu-kupu itu berkata, "Biarkanlah aku menjadi kupu-kupu untuk selamanya."


summary:
Mencintai seseorang tidak harus memiliki, namun memiliki seseorang harus baik-baik menjaganya.
Read More

Mawar Untuk Ibu

Seorang pria berhenti di toko bunga untuk memesan seikat karangan bunga yang akan dipaketkan pada sang ibu yang tinggal sejauh 250 km darinya. Begitu keluar dari mobilnya, i amelihat seorang gadis kecil berdiri di trotoar jalan sambil menangis tersedu-sedu. Pria itu menanyainya kenapa dan dijawab oleh gadis itu “Saya ingin membeli setangkai bunga mawar merah untuk ibu saya. Tapi saya cuma punya uang lima ratus saja, sedangkan harga mawar itu seribu”.

Pria itu tersenyum dan berkata, “Ayo ikut, aku akan membelikanmu bunga yang kau mau.” Kemudian ia membelikan gadis kecil itu setangkai mawar merah , sekaligus memesankan karangan bunga untuk dikirimkan ke ibunya.
Ketika selesai dan hendak pulang, ia menawarkan diri untuk mengantar gadis kecil itu pulang ke rumah. Gadis kecil itu melonjak gembira, katanya, ” Ya tentu saja. Maukah anda mengantarkan ke tempat ibu saya?”
Kemudian mereka berdua menuju ke tempat yang ditunjukkan gadis kecil itu., yaitu pemakaman umum, dimana lalu gadis kecil itu meletakkan bunganya pada sebuah kuburan yang masih basah.
Melihat hal ini, hati pria itu menjadi terneyuh dan teringat sesuatu. Bergegas, ia kembali menuju ke toko bunga tadi dan membatalkan kirimannya. Ia mengambil karangan bungan yang dipesannya dan mengendarai sendiri kendaraannya sejauh 250 km menuju rumah ibunya (diadaptasi dari : ROse For Mama – C.W. Mc Call)
budayakan like setelah membaca gan..:)
Read More