Cerita Cinta Sejati sepasang muda-mudi yang
akhirnya menjadi suami istri, namun dalam kehidupan mereka semakin hari,
semakin tidak menemukan kecocokan dalam rumah tangganya. Ini merupakan
Kisah cinta sejati yang mengharukan.
Di kisahnya, bahwa si cewek begitu sayang dan setia mencintai cowoknya, dari masa-masa pacaran hingga keduanya menikah menjalani rumah tangga.
Di kisahnya, bahwa si cewek begitu sayang dan setia mencintai cowoknya, dari masa-masa pacaran hingga keduanya menikah menjalani rumah tangga.
Dalam kisah
cinta sejati mereka, si cewek atau sang istri mencatat semua kejadian
perjalanan cintanya dalam buku cokelat, baik itu menyakitkan maupun
sebaliknya.
Catatan Buku cokelat tersebut merupakan salah satu
bukti kesetiaan dan ketulusan sang istri kepada suaminya. Berikut adalah
cerita selengkapnya.
Kisah Cinta Sejati “CATATAN BUKU COKLAT”
Lima tahun usia pernikahanku dengan Ellen sungguh masa yang sulit.
Semakin hari semakin tidak ada kecocokan diantara kami. Kami bertengkar
karena hal-hal kecil. Karena Ellen lambat membukakan pagar saat aku
pulang kantor. Karena meja sudut di ruang keluarga yang ia beli tanpa
membicarakannya denganku, bagiku itu hanya membuang uang saja.
Hari ini, 27 Agustus adalah ulang tahun Ellen. Kami bertengkar pagi ini
karena Ellen kesiangan membangunkanku. Aku kesal dan tak mengucapkan
selamat ulang tahun padanya, kecupan di keningnya yang biasa kulakukan
di hari ulang tahunnya tak mau kulakukan. Malam sekitar pukul 7, Ellen
sudah 3 kali menghubungiku untuk memintaku segera pulang dan makan malam
bersamanya, tentu saja permintaannya tidak kuhiraukan.
Jam
menunjukkan pukul 10 malam, aku merapikan meja kerjaku dan beranjak
pulang. Hujan turun sangat deras, sudah larut malam tapi jalan di tengah
kota Jakarta masih saja macet, aku benar-benar dibuat kesal oleh
keadaan. Membayangkan pulang dan bertemu dengan Ellen membuatku semakin
kesal! Akhirnya aku sampai juga di rumah pukul 12 malam, dua jam
perjalanan kutempuh yang biasanya aku hanya membutuhkan waktu 1 jam
untuk sampai di rumah.
Kulihat Ellen tertidur di sofa ruang
keluarga. Sempat aku berhenti di hadapannya dan memandang wajahnya. “Ia
sungguh cantik” kataku dalam hati, “Wanita yang menjalin hubungan
denganku selama 7 tahun sejak duduk di bangku SMA yang kini telah
kunikahi selama 5 tahun, tetap saja cantik”. Aku menghela nafas dan
meninggalkannya pergi, aku ingat kalau aku sedang kesal sekali
dengannya.
Aku langsung masuk ke kamar. Di meja rias istriku
kulihat buku itu, buku coklat tebal yang dimiliki oleh istriku.
Bertahun-tahun Ellen menulis cerita hidupnya pada buku coklat itu. Sejak
sebelum menikah, tak pernah ia ijinkan aku membukanya. Inilah saatnya!
Aku tak mempedulikan Ellen, kuraih buku coklat itu dan kubuka halaman
demi halaman secara acak.
14 Februari 1996. Terima kasih Tuhan
atas pemberianMu yang berarti bagiku, Vincent, pacar pertamaku yang akan
menjadi pacar terakhirku
.
"Hmm… aku tersenyum, Ellen yakin sekali kalau aku yang akan menjadi suaminya."
6 September 2001, Tak sengaja kulihat Vincent makan malam dengan wanita
lain sambil tertawa mesra. Tuhan, aku mohon agar Vincent tidak pindah
ke lain hati.
Jantungku serasa mau berhenti…
23
Oktober 2001, Aku menemukan surat ucapan terima kasih untuk Vincent,
atas candle light dinner di hari ulang tahun seorang wanita dengan nama
Melly. Siapakah dia Tuhan? Bukakanlah mataku untuk apa yang Kau
kehendaki agar aku ketahui…
Jantungku benar-benar mau berhenti.
Melly, wanita yang sempat dekat denganku disaat usia hubunganku dengan
Ellen telah mencapai 5 tahun.
Melly, karenanya dia aku hampir
saja mau memutuskan hubunganku dengan Ellen karena kejenuhanku. Aku
telah memutuskan untuk tidak bertemu dengan Melly lagi setelah dekat
dengannya selama 4 bulan, dan memutuskan untuk tetap setia kepada Ellen.
Aku sungguh tak menduga kalau Ellen mengetahui hubunganku dengan Melly.
4 Januari 2002, Aku dihampiri wanita bernama Melly, Ia menghinaku dan
mengatakan Vincent telah selingkuh dengannya. Tuhan, beri aku kekuatan
yang berasal daripadaMu.
Bagaimana mungkin Ellen sekuat itu, ia
tak pernah mengatakan apapun atau menangis di hadapanku setelah
mengetahui aku telah menghianatinya. Aku tahu Melly, dia pasti telah
membuat hati Ellen sangat terluka dengan kata-kata tajam yang keluar
dari mulutnya. Nafasku sesak, tak mampu kubayangkan apa yang Ellen
rasakan saat itu.
14 Februari 2002, Vincent melamarku di hari
jadi pacaran kami yang ke-6. Tuhan apa yang harus kulakukan? Berikan aku
tanda untuk keputusan yang harus kuambil.
14 Februari 2003, Hari minggu yang luar biasa, aku telah menjadi Nyonya Alexander Vincent Winoto. Terima kasih Tuhan!
18 Juli 2005, Pertengkaran pertama kami sebagai keluarga. Aku harap aku
tak kemanisan lagi membuatkan teh untuknya. Tuhan, bantu aku agar lebih
berhati-hati membuatkan teh untuk suamiku.
7 April 2006,
Vincent marah padaku, aku tertidur pulas saat ia pulang kantor sehingga
ia menunggu di depan rumah agak lama. Seharian aku berada mall mencari
jam idaman Vincent, aku ingin membelikan jam itu di hari ulang tahunnya
yang tinggal 2 hari lagi. Tuhan, beri kedamaian di hati Vincent agar ia
tidak marah lagi padaku, aku tak akan tidur di sore hari lagi kalau
Vincent belum pulang walaupun aku lelah.
Aku mulai menangis,
Ellen mencoba membahagiakanku tapi aku malah memarahinya tanpa mau
mendengarkan penjelasannya. Jam itu adalah jam kesayanganku yang kupakai
sampai hari ini, tak kusadari ia membelikannya dengan susah payah.
15 November 2007, Vincent butuh meja untuk menaruh kopi di ruang
keluarga, dia sangat suka membaca di sudut ruang itu. Tuhan, bantu aku
menabung agar aku dapat membelikan sebuah meja, hadiah untuk Vincent.
Aku tak dapat lagi menahan tangisanku, Ellen tak pernah mengatakan meja
itu adalah hadiah untukku. Ya, ia memang membelinya di malam hari dan
menaruhnya hari itu juga di ruang keluarga.
Aku sudah tak
sanggup lagi membuka halaman berikutnya. Ellen sungguh diberi kekuatan
dari Tuhan untuk mencintaiku tanpa syarat. Aku berlari keluar kamar,
kukecup kening Ellen dan ia terbangun… “Maafkan aku Ellen, Aku
mencintaimu, Selamat ulang tahun sayang…”
Temukan Kami di Facebook
0 komentar:
Posting Komentar