Yaps.. seperti yang kita tahu bahwa seorang
anak kecil itu masih begitu polos, begitu jujur bahkan terkadang
kejujuran mereka membuat hati siapa saja terenyuh. Mereka juga masih
begitu renta dalam menerima hal-hal yang
belum sepantasnya mereka rasakan, contohnya adalah sebuah kata
‘kematian’ atau istilah halusnya ‘kehilangan’.
Baru saja saya mendapatkan cerita dari seorang guru SD tentang tingkah anak didiknya. Salah satu ceritanya begini,
Pernah pada suatu hari guru SD tersebut didatangi seorang wali murid yang bingung dengan tingkah anaknya setiap kali ia pulang dari kantor dan
Baru saja saya mendapatkan cerita dari seorang guru SD tentang tingkah anak didiknya. Salah satu ceritanya begini,
Pernah pada suatu hari guru SD tersebut didatangi seorang wali murid yang bingung dengan tingkah anaknya setiap kali ia pulang dari kantor dan
ke kamar anaknya, ia selalu mendapati si anak menangis di atas kasur
kamarnya dan memilih untuk tutup mulut saat ditanya ibunya.Nah, sang
ibu ini bingung dan bertanya pada gurunya,
“Bu, anak saya kenapa ya
setiap kali saya melihat ke kamarnya dia selalu saja menangis, tolong
tanyain ya bu, soalnya dia nggak pernah mau jawab kalau saya yang
tanya.”
Saat di kelas, sang guru ini bertanya pada si anak.
“Rizky, ibu boleh nanya nggak?”
“Nanya apa bu?” si anak balik bertanya.
“Rizky katanya kalau di rumah sering nangis ya? rizky kenapa nak? cerita sini sama bu guru.”
Namun si anak ini hanya diam. Sang guru pun bingung. Tapi pada akhirnya
si anak mau juga menjawab, dan tahukah kalian apa jawaban bocah ini?
“Rizky kangen bapak, bu. Mama kerja terus seharian, kalo hari minggu
juga nggak libur kerja terus.Rizky kangen banget sama bapak, bu. Kangen
bercanda sama bapak.”
Tahukah kalian bahwa seseorang yang dirindukan
anak itu ternyata sudah meninggal. Siapa yang tidak merinding mendengar
pernyataan polos seorang anak yang kangen dengan sang bapak yang sudah
meninggal? Apa berdosa saat anak itu merindukan bapaknya?
( sungguh, saya menangis mendengar cerita ini.)
Temukan Kami di : facebook
saya juga ikut menangis baca cerita ini
BalasHapus