Dengar,nak: Ayah
mengatakan ini pada saat kau terbaring tidur, sebelah tangan kecil
merayap di bawah pipimu dan rambutmu yang ikal lengket pada dahimu yang
lembab. Ayah menyelinap masuk seorang diri ke kamarmu. baru beberapa
menit yang lalu, ketika ayah membaca koran di ruangan perpustakaan,
satu sapuan sesal yang amat dalam menerpa. Dengan perasaan bersalah Ayah
datang masuk menghampiri pemba
ringanmu
Ada hal2 yang Ayah
pikiran, nak: Ayah selama ini bersikap kasar kepada mu. Ayah membentakmu
ketika kau sedang berpakaian hendak pergi
kesekolah karena kau hanya
nenyeka muka mu sekilas dengan handuk. Lalu ayah melihat kau tidak
membersihkan sepatumu. Ayah berteriak marah takkala kau melempar
beberapa barang mu ke lantai.
Saat makan pagi Ayah juga
menemukan kesalahan, kau meludahkan makananmu. Kau menelan terburu buru
makananmu, Kau meletakkan sikuamu diatas meja, Kau mengoleskan mentega
terlalu tebal di rotimu, dan begitu kau mulai bermain dan Ayah berangkat
bekerja, kau berpaling dan melambaikan tangan sambil berseru "selamat
jalan Ayah!!!" dan Ayah mengerutkan dahi, lalu menjawab, "tegakkan
bahumu!!!"
Kemudian semua itu berulang lagi pada sore hari.
Begitu Ayah muncul dari jalan, Ayah segera mengamatimu dengan cermat,
memandang hingga lutut, memandangmu yang sedang bermain kelereng. Ada
lubang2 pada kaos kakimu. Ayah menghinamu di depan kawan2 mu, lalu Ayah
menggiringmu untuk pulang kerumah. "Ini Kaus kaki mahal---- dan kalau
kau yang harus membelinya, kau akan lebih ber hati hati!!!" Bayangkan
itu, Nak, itu keluar dari pikira seorang Ayah....
Apakah kau
ingat nak, ketika ayah sedang mengejakan tugas kantor yang Ayah bawa
pulag. Bagaimana kau datang dengan perasaa takut, dengan rasa terluka
dalam matamu? Ketika Ayah terus memandang pekerjaan Ayah, tidak sabar
karena gangguanmu, kau jadi ragu2 didepan pintu. "KAU MAU APA!!!"
semprot Ayah.
Kau tidak berkata sepatah pun, melainkan berlari
melintas, dan melompat kearah Ayah, kau melemparkan tanganmu melingkari
leher ayah dan mencium Ayah, tangan2mu yang kecil semakin erat memeluk
dengan hangat, kehangatan yang telah Allah tetapkan untuk mekar dihatimu
dan bahkan pengabaian sekalipun tidak akan mampu melemahkannya. Dan
kemudian kau pergi, bergegas menaiki tangga.
Nah, Nak, sesaat
setelah itu koran jatuh dari tangan Ayah, dan satu rasa takut yang
menyakitkan menerpa Ayah. Kebiasaan apa yang sudah Ayah lakukan?
Kebiasaan dalam menemukan kesalahan, dalam mencerca--- ini adalah hadiah
Ayah untukmu sebagai seorang anak. Bukan berarti Ayah tidak
mencinatimu; Ayah lakukan ini karena ayah berharap terlalu banyak dari
masa muda. Ayah sedang mengukurmu dengan kayu pengukur dari tahun2 Ayah
sendiri.
Dan sebenarnya begiti banyak hal yang baik dan benar
dalam sifatmu. Hati mungil milikmu sama besarnya dengan fajar yang
memayungi bukit2 luas. semua ini kau tunjukan dengan sikap spontanmu
saat kau menghambur masuk dan mencium ayah sambil mengucapkan selamat
tidur. Tidak ada masalah lagi malam ini, Nak. Ayah sudah datang ke tepi
pembaringanmu dalam kegelapan, dan Ayah sudah berlutut di sana, dengan
rasa malu
Ini adalah sebuah rasa tobat yang lemah; Ayah tau kau
tidak akan mengerti hal2 seperti ini kalau Ayah sampaikan padamu saat
kau terjaga. Tapi esok hari Ayah akan jadi Ayah sejati! Ayah akan
bersahabat karib dengan mu, dan ikut menderita bila kau menderita, dan
tertawa bila kau tertawa. Ayah akan menggigit lidah Ayah kalau kata2
tidak sabar keluar dari mulut Ayah. Ayah akan terus mengucapkan kata ini
seolah olah sebuah ritual: "DIA CUMA SEORANG ANAK KECIL--- ANAK
KECIL!!!"
Ayah khawatir sudah membayangkanmu sebagai seorang
yang sudah besar. Namun Ayah memandangmu sekarang, Nak, meringkuk
berbaring dan letih dalam tempat tidumu, Ayah lihat bahwa kau masih
seorang bayi. kemaren kau masih dalam gendongan ibumu, kepalamu berada
di bahu ibumu. Ayah sudah meminta terlalu banyak, sungguh terlalu
banyak........
suka
BalasHapus