Apa arti sebuah kebohongan bagi kita? Siapa
diantara kita yang mau dibohongi? Tapi bagaimana jika seorang Ibu
berbohong kepada anak-anaknya? Akankah mereka berkenan memafaakan Ibu
mereka yang telah membohonginya seumur hidup? Semoga cerita ini bisa menjadi sumber inspirasi buat kita.
Sebut saja aku Rino. Aku lahir di keluarga yang sangat miskin. Ayahku meninggal sewaktu aku masih berumur 5 bulan. Aku tak mengerti sejak kapan ibuku mulai pandai berbohong, terutama kepadaku. Mungkin aku masih kecil sehingga aku tak mengerti apa yang ibuku lakukan.
Kebohongan Ibu yang pertama ~ Waktu masa kecilku, hidup sangat berkekurangan. Untuk makan pun susah. Tak aku temukan raut kesdihan diwajah Ibu. Sambil mengambilkan nasi berlauk ikan asin untukku Ibu berkata, "Makanlah Nak, Ibu tidak lapar. ”Kebohongan Ibu yang kedua ~ Saat aku tumbuh dewasa,
Ibu begitu memperhatikan kesehatanku. Ibu selalu meluangkan waktu untuk memancing di sungai dekat rumah. Aku melihat Ibu menggoreng ikan yang hanya ada satu itu lalu menyuguhkannya padaku. Aku lihat Ibu duduk disampingku sambil memakan daging ikan yang masih melekat pada sisa tulang-tulang ikan yang aku makan tadi. Aku tidak bisa melihat Ibu seperti itu. Cepat-cepat aku menyendok ikan itu dan memberikannya pada Ibu. Ibu pun dengan senyuman khasnya menolak, "Makanlah sayang, Ibu tidak suka makan ikan."
Kebohongan Ibu yang ketiga ~ Kini aku uda mulai masuk SMP. Ibuku berjuang lebih gigih lagi untuk membiayai sekolahku. Setiap hari Ibu membuat gorengan untuk untuk dititipkan ke koperasi. Jam 1 pagi aku lihat Ibu sudah siap-siap untuk berbelanja ke pasar pagi. Sepulang dari pasar, Ibu pun mulai membuat gorengan untuk dijualnya esok hari. Kapan Ibuku beristirahat? Aku pun segera ke dapur untum embantu Ibu tetapi seperti biasanya Ibu selalu menolak, "Tidurlah Nak. Besok kamu sekolah, Ibu tidak capek dan belum mengantuk."
Kebohongan Ibu yang keempat ~ Ibu selalu menemaniku di saat-saat aku menempuh ujian. Ibu menungguku di luar sekolah. Di bawah terik matahari dengan berpeluh keringat, bisa aku bayangkan betapa lelahnya Ibu saat itu. Lonceng berbunyi. Ujian pun telah usai. Aku bergegas menemui Ibu. Ibu menyambutku dengan hangat. Ibu memberiku minum. Teh yang dingin berwarna cokelat kemerahan. Aku tahu bahwa Ibu juga pasti sangat haus selama menungguku selama ujian. Aku pun memberikan gelas tehku pada Ibu. Ibu berkata, "Minumlah Nak, Ibu ini tidak haus."
Kebohongan Ibu yang kelima ~ Ibuku masih sangat muda dan cantik. Banyak tetangga-tetangga yang ingin menjodohkan Ibu tetapi Ibu menolak. Ibuku tidak ingin di kasihani. Ibuku tidak ingin membagi cintanya dengan orang lain. Ibu hanya cinta kepada anakknya. Aku. Ibu tidak ingin orang lain melukaiku meskpun itu ayah tiriku. Jadi Ibu memilih untuk tetap sendiri. Ibu kerap berkata pada tetanggaku, "Aku tidak butuh cinta."
Kebohongan Ibu yang keenam ~ Meskipun kami kekurangan, Ibu selalu memberiku uang saku. Aku selalu menabung dari uang saku yang Ibu berikan padaku. Setelah aku rasa sudah cukup banyak, aku memberanikan diri untuk memberikan uang tabunganku pada Ibu karena aku tahu sekali bahwa pada saat itu Ibu sedang tidak mempunyai uang sama sekali. Lagi-lagi Ibu tersenyum padaku dan berkata, "Ibu masih punya uang sayang, kamu tabung saja uangmu itu."
Kebohongan Ibu yang ketujuh ~ Kini aku sudah lulus S2 di sebuah universitas ternama di Amerika karena mendapatkan beasiswa. Akhirnya aku bekerja juga di Amerika. Dengan gaji yang besar, aku bermaksud membawa Ibu untuk tinggal bersamaku. Aku tahu kalau Ibu tidak ingin merepotkan anaknya. Ibu tidak ingin merepotkanku. Ibu bersikukuh tidak ingin ikut denganku. Ibu berkata lewat telepon padaku, "Ibu tidak terbiasa hidup disana Nak, biarkan Ibu tinggal disini saja."
Kebohongan Ibu yang kedelapan ~ Ibu sudah semakin tua. Dimasa tuanya Ibu sudah sering sakit-sakitan. Aku pun bergegas kembali ke tanah air untuk menjenguk Ibu tercinta. Aku lihat Ibu begitu kurus dan keriput. Aku melihat Ibu begitu kesakitan. Saat Ibu melihat kedatanganku, beliau tersenyum. Aku tahu bahwa Ibu telalu memaksakan utnuk tersenyum. Tersenyum dengan menahan sakit. Aku tak bisa melihat Ibu seperti itu. Air mataku mengalir deras membasahi pipiku. Ibu tampak sedih melihatku menangis. Dengan senyumnya Ibu mencoba menghiburku, "Jangan menangis Anakku, Ibu ini tidak sakit."
Setelah Ibu mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, Ibu pun menutup mata untuk selama-lamanya. Kini aku mengerti mengapa Ibu terus berbohong kepadaku. “Aku mengerti Ibu, betapa Ibu mencintaiku. Kau mengorbankan seluruh hidupmu hanya untuk anakkmu.”
“Ibuuuuuu.!!!!!... Sampai kapanpun... kasihmu tak akan tergantikaaaaaaaan.!!!!!”
Terima Kasih Ibu :'(
Sebut saja aku Rino. Aku lahir di keluarga yang sangat miskin. Ayahku meninggal sewaktu aku masih berumur 5 bulan. Aku tak mengerti sejak kapan ibuku mulai pandai berbohong, terutama kepadaku. Mungkin aku masih kecil sehingga aku tak mengerti apa yang ibuku lakukan.
Kebohongan Ibu yang pertama ~ Waktu masa kecilku, hidup sangat berkekurangan. Untuk makan pun susah. Tak aku temukan raut kesdihan diwajah Ibu. Sambil mengambilkan nasi berlauk ikan asin untukku Ibu berkata, "Makanlah Nak, Ibu tidak lapar. ”Kebohongan Ibu yang kedua ~ Saat aku tumbuh dewasa,
Ibu begitu memperhatikan kesehatanku. Ibu selalu meluangkan waktu untuk memancing di sungai dekat rumah. Aku melihat Ibu menggoreng ikan yang hanya ada satu itu lalu menyuguhkannya padaku. Aku lihat Ibu duduk disampingku sambil memakan daging ikan yang masih melekat pada sisa tulang-tulang ikan yang aku makan tadi. Aku tidak bisa melihat Ibu seperti itu. Cepat-cepat aku menyendok ikan itu dan memberikannya pada Ibu. Ibu pun dengan senyuman khasnya menolak, "Makanlah sayang, Ibu tidak suka makan ikan."
Kebohongan Ibu yang ketiga ~ Kini aku uda mulai masuk SMP. Ibuku berjuang lebih gigih lagi untuk membiayai sekolahku. Setiap hari Ibu membuat gorengan untuk untuk dititipkan ke koperasi. Jam 1 pagi aku lihat Ibu sudah siap-siap untuk berbelanja ke pasar pagi. Sepulang dari pasar, Ibu pun mulai membuat gorengan untuk dijualnya esok hari. Kapan Ibuku beristirahat? Aku pun segera ke dapur untum embantu Ibu tetapi seperti biasanya Ibu selalu menolak, "Tidurlah Nak. Besok kamu sekolah, Ibu tidak capek dan belum mengantuk."
Kebohongan Ibu yang keempat ~ Ibu selalu menemaniku di saat-saat aku menempuh ujian. Ibu menungguku di luar sekolah. Di bawah terik matahari dengan berpeluh keringat, bisa aku bayangkan betapa lelahnya Ibu saat itu. Lonceng berbunyi. Ujian pun telah usai. Aku bergegas menemui Ibu. Ibu menyambutku dengan hangat. Ibu memberiku minum. Teh yang dingin berwarna cokelat kemerahan. Aku tahu bahwa Ibu juga pasti sangat haus selama menungguku selama ujian. Aku pun memberikan gelas tehku pada Ibu. Ibu berkata, "Minumlah Nak, Ibu ini tidak haus."
Kebohongan Ibu yang kelima ~ Ibuku masih sangat muda dan cantik. Banyak tetangga-tetangga yang ingin menjodohkan Ibu tetapi Ibu menolak. Ibuku tidak ingin di kasihani. Ibuku tidak ingin membagi cintanya dengan orang lain. Ibu hanya cinta kepada anakknya. Aku. Ibu tidak ingin orang lain melukaiku meskpun itu ayah tiriku. Jadi Ibu memilih untuk tetap sendiri. Ibu kerap berkata pada tetanggaku, "Aku tidak butuh cinta."
Kebohongan Ibu yang keenam ~ Meskipun kami kekurangan, Ibu selalu memberiku uang saku. Aku selalu menabung dari uang saku yang Ibu berikan padaku. Setelah aku rasa sudah cukup banyak, aku memberanikan diri untuk memberikan uang tabunganku pada Ibu karena aku tahu sekali bahwa pada saat itu Ibu sedang tidak mempunyai uang sama sekali. Lagi-lagi Ibu tersenyum padaku dan berkata, "Ibu masih punya uang sayang, kamu tabung saja uangmu itu."
Kebohongan Ibu yang ketujuh ~ Kini aku sudah lulus S2 di sebuah universitas ternama di Amerika karena mendapatkan beasiswa. Akhirnya aku bekerja juga di Amerika. Dengan gaji yang besar, aku bermaksud membawa Ibu untuk tinggal bersamaku. Aku tahu kalau Ibu tidak ingin merepotkan anaknya. Ibu tidak ingin merepotkanku. Ibu bersikukuh tidak ingin ikut denganku. Ibu berkata lewat telepon padaku, "Ibu tidak terbiasa hidup disana Nak, biarkan Ibu tinggal disini saja."
Kebohongan Ibu yang kedelapan ~ Ibu sudah semakin tua. Dimasa tuanya Ibu sudah sering sakit-sakitan. Aku pun bergegas kembali ke tanah air untuk menjenguk Ibu tercinta. Aku lihat Ibu begitu kurus dan keriput. Aku melihat Ibu begitu kesakitan. Saat Ibu melihat kedatanganku, beliau tersenyum. Aku tahu bahwa Ibu telalu memaksakan utnuk tersenyum. Tersenyum dengan menahan sakit. Aku tak bisa melihat Ibu seperti itu. Air mataku mengalir deras membasahi pipiku. Ibu tampak sedih melihatku menangis. Dengan senyumnya Ibu mencoba menghiburku, "Jangan menangis Anakku, Ibu ini tidak sakit."
Setelah Ibu mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, Ibu pun menutup mata untuk selama-lamanya. Kini aku mengerti mengapa Ibu terus berbohong kepadaku. “Aku mengerti Ibu, betapa Ibu mencintaiku. Kau mengorbankan seluruh hidupmu hanya untuk anakkmu.”
“Ibuuuuuu.!!!!!... Sampai kapanpun... kasihmu tak akan tergantikaaaaaaaan.!!!!!”
Terima Kasih Ibu :'(
http://www.facebook.com/resonansi.page
0 komentar:
Posting Komentar