• Nashira
  • Inti dari Kebahagiaan adalah Kumpulan Kebahagiaan dari Hal Hal Kecil.
  • Kebijaksanaan adalah Pemahaman Nilai Nilai Abadi dan Nilai nilai Hidup
  • Mengucapkan Maaf Hanya Mampu Dilakukan Oleh Orang Pemberani
  • Pemenang Bukannya Tak Pernah Gagal, Tetapi Tidak Pernah Menyerah
  • Kekuatan Bukanlah Tentang Memikul Sekuat Tenaga, Tetapi Tentang Ketepatan Sasaran

Kearifan Segenggam Garam

Suatu hari, ada seorang pemuda yang sengaja datang ke sebuah negeri untuk bertemu dengan seorang guru yang dikenal dengan kearifannya. Dengan langkah gontai dan rambut kusut masai, ia tampak seprti orang yang  tidak mengenal bahagia Setelah bertemu dengan sang Guru, pemuda tersebut menceritakan masalahnya. Impiannya yang gagal, karir, cinta, dan hidupannya yang tidak pernah berakhir bahagia. Dia berharap Guru tersebut dapat mencarikan solusi baginya.
Setelah selesai menceritakan apa yang sedang dihadapinya, sang Guru, tanpa berkata apa-apa mengambil segenggam garam. Guru tersebut menyuruh untuk memasukkan garam itu kedalam segelas air, di aduk, lalu meminta pemuda itu untuk meminumnya. Sejujurnya pemuda itu merasa aneh dengan apa yang diperintahkan oleh sang Guru. Namun karena dia percaya dengan kebijaksanaannya maka dia memasukkan garam tersebut kedalam segelas air, mengaduknya dan meminumnya.

"Aaahh..fuih...wah, asin sekali guru. Bahkan pahit!" Kata pemuda itu sambil memuntahkan kembali air itu dari mulutnya.

Sang Guru hanya tersenyum, lalu kemudian dia mengajak pemuda itu kedalam sebuah hutan. Setelah menempuh perjalanan yang tidak terlalu jauh sampailah mereka tepi disebuah danau yang jernih dan tenang. Guru itu kembali memberikan segenggam garam kepada si pemuda.

"Sekarang, silahkan masukkan garam tersebut kedalam danau ini." Perintah sang Guru.
Si pemuda dengan kening berkerut penuh kebingungan melemparkan garam tersebut ke dalam danau. Sang Guru mengaduk air telaga tersebut dengan sepotong kayu sehingga membuat gelombang dan riak kecil. Setelah air danau tenang ia-pun berkata."Nah, sekarang coba kamu cicipi air telaga tersebut dan minumlah!"

Saat anak muda selesai meneguk air telaga sang Guru bertanya lagi. “Bagaimana rasanya?”
"hmmm... Ini segar sekali rasanya Guru.” Jawab pemuda tersebut.
“Dan apa kamu masih merasakan garam di dalam air tersebut? Tanya sang Guru  
“Hmmm sepertinya tidak, sedikitpun tidak ada rasa asin.” Jawab si anak muda.

Mendengar hal itu dengan bijak sang Guru menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan bersimpuh di depan danau dan berkata, “Anak muda, pahitnya kehidupan seumpama segenggam garam. Tidak lebih, dan tidak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu sama dan memang akan tetap  sama. Tapi kepahitan yang kita rasakan akan sangat tergantung dari wadah atau tempat yang kita miliki. Kepahitan itu selalu berasal dari bagaimana kita meletakkan segalanya dan itu tergantung pada hati kita. Jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang boleh kita lakukan. Lapangkanlah dada untuk menerima semuanya. Luaskan hati untuk menampung semua kapahitan tersebut. Luaskan wadah pergaulan, supaya kita mempunyai pandangan hidup yang luas. Maka kita akan banyak belajar dari keleluasaan tersebut. Hati adalah wadah itu, perasaan adalah tempat itu, qalbu adalah tempat menampung segalanya. Jadi janganlah menjadikan hati seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam semua kepahitan itu dan mengubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.
Keduanya lalu beranjak pulang, mereka sama-sama belajar dari hati. Dan sang Guru yang bijak tersebut kembali menyimpan segenggam garam untuk anak muda yang lain yang sering datang kepadanya membawa keresahan jiwa.

Posting Terkait:

Ditulis Oleh : Unknown

Saudara Sedang Membaca Posting Yang Berjudul : Kearifan Segenggam Garam Silahkan Berikan Kritikan dan Saran Saudara Pada Kolom Komentar Demi Kemajuan Bog Kecil Ini, dan Terima Kasih Atas Kunjungannya, Mudah Mudahan Bermanfaat Untuk Kehidupan Kita

0 komentar:

Posting Komentar