• Nashira
  • Inti dari Kebahagiaan adalah Kumpulan Kebahagiaan dari Hal Hal Kecil.
  • Kebijaksanaan adalah Pemahaman Nilai Nilai Abadi dan Nilai nilai Hidup
  • Mengucapkan Maaf Hanya Mampu Dilakukan Oleh Orang Pemberani
  • Pemenang Bukannya Tak Pernah Gagal, Tetapi Tidak Pernah Menyerah
  • Kekuatan Bukanlah Tentang Memikul Sekuat Tenaga, Tetapi Tentang Ketepatan Sasaran

Bella

Sepasang suami isteri –Seperti pasangan lain di kota-kota besar– meninggalkan anak-anaknya di rumah dengan pembantu.  Juga Bella, yang diasuh pembantu rumah saat mereka bekerja. Bella anak tunggal keluarga ini, anak yang cantik, berusia tiga setengah tahun, sendirian di rumah. Sering dia bermain asyik dengan dunianya sendiri, diabaikan pembantu yang juga sibuk membersihkan rumah.
Sendiri  berayun-ayun di atas buaian yang dibeli Papanya, ataupun memetik bunga, mengejar capung, di halaman rumahnya yang luas dengan pagar yang selalu terkunci.
Suatu hari, Bella melihat sebatang paku berkarat. Dia mengambilnya dan  mencoret lantai garasi. Tapi, karena lantainya terbuat dari marmer, coretan tidak kelihatan. Tak putus asa, Bella lalu pindahkan ke mobil Papa nya, yang baru datang sebulan lalu, mobil mewah berwarna hitam. Coretannya pun tampak jelas. Bella sangat gembira, tanpa lelah dia tarik garis-garis putih sepanjang mobil itu, dan dia bayangkan, “Papa dan Mama pasti akan senang…” Bella tahu, menjelang sore, Papa dan Mama nya pasti pulang, sehabis menghadiri undangan. Setelah penuh dengan coretan sisi sebelah kanan, lalu dia beralih ke sebelah kiri mobil. Dia gambar wajah Papa dan Mama nya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lainnya mengikut imajinasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari pembantu rumah.

Sore, saat kedua orang Bella sampai di rumah, mereka kaget, melihat mobil yang baru dibeli dengan kredit itu, sudah penuh dengan coretan. Sang Papa, yang belum lagi masuk ke rumah berteriak penuh amarah , “Kerjaan siapa ini?!”

Pembantu rumah kaget mendengar teriakan majikannya dan langsung berlari keluar. Dia juga beristighfar. Wajahnya pucat ketakutan saat melihat wajah marah tuannya. Sekali lagi, dia mendengar pertanyaan itu, lebih keras, dan dengan gugup, dia menunduk, “Tidak tahu, Pak…”

“Apa? Nggak tau?! Kamu di rumah sepanjang hari, apa saja yang kau lakukan?” hardik si Isteri lagi.
Bella yang mendengar suara Papanya, langsung berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata, “Bella yang membuat itu Papa… bagus kan!” katanya sambil memeluk Papanya, ingin bermanja seperti biasa. Papa yang hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon bunga raya di depannya rumahnya, langsung mengambil tangan Bella dan memukuli telapak tangannya dipukulkannya berkali-kali. Bella yang tidak mengerti apa-apa,, melolong kesakitan dan ketakutan.

Puas memukul telapak tangan, Papa juga memukul punggung tangan Bella. Mama cuma diam, karena merasa Bella pantas mendapatkan hukuman karena kebandelannya. Pembantu rumah terbengong, tidak tahu harus berbuat apa? Setelah Papa merasa puas lalu dia  masuk ke rumah di ikuti Mama dari belakang. Pembantu rumah langsung menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar. Dilihatnya telapak tangan dan punggung tangan Bella, banyak luka kecil dalam, berdarah. Pembantu rumah memandikan Bella yang masih menangis. Sambil membersihkan luka itu, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga terjerit-jerit menahan kepedihan saat luka-lukanya itu terkena air. Si pembantu rumah kemudian menidurkan Bella itu di kamarnya. Papa dan Mamanya tidak perduli. 

Keesokkan harinya, pembantu rumah melaporkan kalau kedua tangan Bella bengkak. “Oleskan obat saja!” jawab tuannya. Pulang dari kerja, dia tidak bertanya lagi tentang anaknya, yang biasa selalu menyambutnya dengan pelukan. Ia biarkan anaknya di kamar pembantu. Dia mungkin ingin member pelajaran kepada anaknya. Tiga hari berlalu, tak pernah sekali pun dia menjenguk si anak. Mama pun sama, hanya sesekali bertanya kepada pembantu.

“Bella demam, Bu… ” Lapor pembantunya .

“Kasih minum panadol,” Jawab tuannya dengan ringkas.

Sebelum masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat itu dia lihat Bella dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya. “Biar Bella tahu dia telah melakukan kesalahan,” Bisiknya.

Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Bella terlalu panas. “Sore nanti kita bawa ke klinik. Pukul 5.00 tepat.” Kata majikannya itu, santai.

Sore itu, Bella pun di bawa ke dokter. Tapi, dokter klinik langsung merujuk ke rumah sakit karena keadaan yang kian serius. Setelah seminggu di rawat inap, sang dokter memanggil bapak dan ibu anak tersebut.
“Tidak ada pilihan lagi,” katanya, dengan suara yang putus asa. Dokter mengusulkan agar kedua tangan anak itu diamputasi kerana gangren yang terjadi sudah terlalu parah. “Lukanya sudah bernanah, parah. Demi menyelamatkan nyawanya kedua tangannya perlu dipotong dari siku ke bawah,” Jelas dokter.

Keduanya langsung kaget bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar. Tapi apa yang dapat mereka katakan. Sang Mama meraung merangkul si anak.  Sedangkan sang Papa seperti orang gila, seakan tidak percaya dengan apa sedang yang terjadi. Dengan tangan gemetar dan menangis tersedu-sedan dia menandatangani surat persetujuan amputasi.

Beberapa saat kemudian keluarlah Bella dari ruang bedah. Saat reaksi obat bius mulai hilang, Bella meringis kesakitan. Dia heran melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka Papa dan Mamanya, kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis.

Dengan  menahan sakit, Bella berkata sambil memohon. “ Papa…, Mama… Bella tidak akan melakukannya lagi. Bella tak mau Papa pukul. Bella tak mau jahat. Bella sayang Papa… sayang Mama,” katanya berulang kali, membuat sang Mama gagal menahan rasa sedih dan tangisannya. “Bella juga sayang Kak Narti…” Lanjut Bella sambil memandang wajah pembantu rumahnya. Wajah sang pembantu itu basah oleh air mata.

“Ampun Papa… tolong kembalikan tangan Bella. Kenapa sekarang juga Papa ambil. Bukankah tangan Bella sudah Papa pukul, Bella janji tidak akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Bella makan nanti Pa? Bagaimana Bella mau bermain nanti? Bella janji tidak akan mencoret mobil Papa lagi.”

“Papa… Bella janji…” katanya berulang-ulang. sambil tersenyum untuk mengambil hati Papanya, dengan harapan Papa mau mengembalikan tangannya

Serasa copot jantung sang Mama mendengar kata-kata anaknya. Langsung dia meraung dan  merangkul Bella. Lalu Pingsan. Sementara sang Papa, hanya diam, tidak tau apa yang harus dia ucapkan. Hanya  memandangi tangan anaknya, dengan air mata yang jatuh tak putus-putusnya.
(kisah sejati, dari Malaysia)

Posting Terkait:

Ditulis Oleh : Unknown

Saudara Sedang Membaca Posting Yang Berjudul : Bella Silahkan Berikan Kritikan dan Saran Saudara Pada Kolom Komentar Demi Kemajuan Bog Kecil Ini, dan Terima Kasih Atas Kunjungannya, Mudah Mudahan Bermanfaat Untuk Kehidupan Kita

0 komentar:

Posting Komentar